Roy Khaerul Umam, Tangani Ratusan Vape Store di Indonesia

- Senin, 1 Juni 2020 | 12:11 WIB
MENGENDALIKAN: Dalam berbisnis, Roy menegaskan harus selalu mengikuti pasar kemudian perbanyak ide-ide segar. Melalui hal itu, dia bisa mengendalikan bisnisnya. Prinsipnya harus berani. SAIFUL ANWAR/KP
MENGENDALIKAN: Dalam berbisnis, Roy menegaskan harus selalu mengikuti pasar kemudian perbanyak ide-ide segar. Melalui hal itu, dia bisa mengendalikan bisnisnya. Prinsipnya harus berani. SAIFUL ANWAR/KP

Bisnis vape memang terlihat menjanjikan. Harus dibarengi ilmu dan keberanian yang kuat. Roy Khaerul Umam berani ambil tantangan. Berhenti jadi satpam selama satu dekade justru mengantarkan Roy pada bisnis yang kini bisa dia tuai hasilnya. Jadi perjuangan pula untuk memperkenalkan vape yang awalnya dicap negatif.

 

RUMAH di bilangan Pangeran Antasari Samarinda itu terlihat sederhana. Dari depan terpampang nyata plang berikon banteng berwarna merah dengan tulisan ‘Dinoy House of Vape’. Toko sekaligus rumah itu jadi saksi bisu awal perjuangan Roy Khaerul Umam. Semua dia mulai dari nol. Ditemani sang istri, Dini Handayani. Ditemui awal pekan lalu, awak Kaltim Post disambut ramah saat menyambangi kediamannya.

Awalnya, Roy bekerja sebagai security di salah satu bank selama 10 tahun. Pada 2017 silam, dia mengundurkan diri dan mendirikan Dinoy pada 2016. Mungkin tak ada yang menyangka bahwa kini dia sudah memiliki sembilan cabang yang tersebar tujuh di Samarinda dan dua di Lamongan. Dia menyampaikan bahwa vape baru saja dilegalkan oleh pemerintah dan ada regulasinya pada 2018 lalu dan sudah ada bea cukainya. Sebelum 2018, pengakuan eksistensi rokok elektrik tersebut masih abu-abu. Sehingga cukup jadi tantangan.

“Saya selama kerja sebagai security itu orangnya memang enggak mau diam. Jadi dari dulu memang sudah suka jualan. Entah itu buah, alat keamanan, baju, pokoknya apapun yang lagi ramai. Akhirnya saat vape muncul, langsung saya tekuni karena saat itu perkembangannya ramai juga,” jelas pria kelahiran 1980 itu.

Berkat selalu mengedepankan fokus, Roy memutuskan setop dari pekerjaan lamanya. Seiring berjalannya waktu dia bisa membuka dua cabang di bilangan M Yamin dan Palaran. Melihat antusiasme yang makin meningkat dan membentuk pasar sendiri, pada 2018 Roy pun bekerja sama dengan orang Bandung untuk membuat brand liquid vape pribadi yang diberi nama Dinoy. Di Bandung, Roy sudah punya laboratorium khusus memproduksi liquid-nya. Satu-satunya vape store di Kaltim yang memproduksi liquid sendiri.

Pada awal Maret lalu, Dinoy berhasil jadi satu-satunya vape store yang mewakili seluruh Kalimantan di International Vape Expo (INVEX) di Jogjakarta. Di sana, Roy membuka booth. Kini, dia sudah menangani sekitar 130 vape store di seluruh Indonesia untuk produksi liquiddan device. Dan 62 store untuk liquid. Sedangkan device-nya, mengimpor sedikit dari Tiongkok. Pada dasarnya, Roy ingin benar-benar mengendalikan bisnisnya dan ingin Samarinda bisa dikenal dan maju karena punya liquid vape produksi sendiri.

“Dulu saya sistemnya sama seperti toko lain. Tapi akhirnya saya melihat celah dan berpikir bikin produksi sendiri. Saya ingin memperkenalkan keunggulan-keunggulan dari barang saya. Di situlah saya bisa menciptakan pasar sendiri,” imbuhnya.

Soal promosi, Roy sengaja membentuk tim sendiri bahkan sesekali melakukan giveaway. Dari situ, justru terjadi lonjakan pembelian. Jumlahnya meningkat tajam. Tak muluk-muluk, prinsip mendirikan bisnis versi Roy adalah berani. Kemudian membaca pasar. Apa yang sedang ramai, harus diikuti dan dimodifikasi. Harus selalu ada ide. Salah satu cara pula untuk menghadapi persaingan.

Paling penting, dia juga berusaha mengedukasi masyarakat bahwa vape bukanlah rokok. Keduanya memiliki perbedaan signifikan. Perjuangan memberi pemahaman pada khalayak mengenai vape tentu sangat panjang. Turut dirasakan oleh komunitas vape dan para vaporista. Roy tak memungkiri hal tersebut. Orang yang memutuskan pakai vape, butuh sedikit ilmu. “Saya coba maju terus. Walaupun ada beberapa komentar enggak enak dari sekitar. Apalagi yang bilang kalau vape itu bahaya. Stigmanya negatif sekali,” ungkap Roy.

Kini sudah ada 52 varian rasa liquid yang tersedia di Dinoy. Selalu ada penambahan rasa liquid bergantung pada kondisi pasar. Jika Roy merasa waktunya tepat untuk memproduksi produk terbaru, maka akan dia lakukan. Perputaran omzet dalam sebulan pun cukup menjanjikan, ratusan juta.

“Saya modal nekat. Enggak ada pinjaman. Dulu sambil kerja jadi security, waktunya saya sesuaikan. Kalau dapat uang, nanti uangnya bakal saya putar. Enggak menyangka sampai di titik ini. Bisa buka lapangan pekerjaan bagi orang lain dan utamakan pelayanan,” pungkasnya. (*/ysm/rdm)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X