Hadapi Pola Baru, Manusia Cepat Adaptif dan Cerdas

- Senin, 1 Juni 2020 | 12:08 WIB
STERIL: Perhotelan bersiap dengan penerapan new normal. Kebersihan ruang kamar adalah yang utama. Ketentuan jarak pun jadi perhatian selama menginap di hotel. FUAD MUHAMAD/KP
STERIL: Perhotelan bersiap dengan penerapan new normal. Kebersihan ruang kamar adalah yang utama. Ketentuan jarak pun jadi perhatian selama menginap di hotel. FUAD MUHAMAD/KP

TAK semua orang siap dengan kebijakan new normal. Apalagi melihat kondisi yang belum sepenuhnya aman. Walhasil, ada kemungkinan membuat sebagian orang  menjadi stres dan tertekan. Disampaikan psikolog Lisda Sofia, memang tak dapat dimungkiri bahwa masyarakat tengah menghadapi kondisi yang tidak pasti. Jadi lebih takut ketika harus keluar rumah.

Sangat jelas jika new normal mampu membuat orang lebih stres dan tertekan. Menghindari terpaparnya virus tersebut, ada banyak variabel yang harus dikontrol dan dikendalikan. Misalnya di tempat kerja, para pekerja yang usianya lebih dewasa sudah mampu mengantisipasi dan waspada dengan lingkungannya. Beda halnya dengan lingkungan sekolah yang cenderung diisi anak-anak hingga remaja. Otomatis, tekanan mental di kedua tempat tersebut berbeda. Namun kecemasan tertular virus tetap sama bagi semua usia. Menurut Lisda, mematuhi protokol kesehatan adalah satu-satunya cara yang bisa dilakukan oleh seseorang agar lebih merasa aman dan rasa cemasnya mengurang.

Berdasarkan fenomena yang terjadi di banyak tempat, Lisda melihat bahwa ada beberapa orang yang berusaha menghalau rasa takut dan cemasnya. Misal, ada ditemukan kasus positif di suatu tempat, namun si orang ini masih memilih keluar rumah dengan alasan bekerja agar bisa makan. Bisa jadi hal tersebut dilakukan karena tak memiliki pilihan lain. Walhasil, membentuk mental yang cukup adaptif dan meyakinkan diri bahwa semua bisa dilewati. Padahal, sebenarnya takut dan ada tekanan dari dalam diri. Namun, ketakutan itu diekspresikan dengan cara lain.

“Sebenarnya yang rentan terhadap tidak sehat mental karena kondisi new normal mendatang adalah keluarga. Misalnya ketika dia pulang ke rumah ada anggota keluarga yang sudah sepuh dan anak-anak. Itu mungkin akan lebih stres lagi karena takut bisa menularkan virus ke anggota keluarga lain,” jelas Lisda saat ditemui awal pekan lalu.

Secara psikologis, manusia adalah makhluk paling adaptif dan cerdas. Dengan kecerdasannya itu, mereka bisa membentuk mekanisme psikologis sehingga tetap bisa sehat mental. Contohnya bagi orang-orang yang tetap bersikeras keluar rumah meski sudah dilarang. Itu adalah mekanisme mental agar bisa beradaptasi dengan situasi dan menghadapi konflik. Di satu sisi harus menghadapi stigma sosial, tapi di sisi lain harus tetap mencari uang. Itulah yang terjadi pada masyarakat saat ini.

Secara pola gaya hidup pun akan mengubah kebiasaan. Seandainya pusat berbelanjaan seperti mal dibuka, tetap saja belum bisa sebebas dulu. Minimal hanya boleh untuk berbelanja kebutuhan. Soal mencari hiburan jadi terbatas. Secara umum, itu agak sulit untuk diterima karena sebelum pandemi terjadi, mereka terbiasa melakukan. Dijelaskan Lisda, dalam konteks masyarakat, sosial, atau mengubah perilaku orang banyak mesti bergantung regulasi. Tidak bisa semata-mata hanya mengharapkan tiap individu disiplin. Meski sudah dikampanyekan melalui berbagai hal.

“Pada dasarnya manusia ingin bebas dan merasakan kesenangan. Pasti mereka berpikir, kalau tidak ada punishment untuk apa harus susah-susah disiplin? Makanya terbentuk sikap masa bodoh dan tidak peduli. Jadi kalau ada regulasi yang tepat, bisa mengendalikan perilaku manusianya,” imbuh Kaprodi Psikologi Unmul itu.

Secara umum, orang membutuhkan waktu sekitar 3-6 bulan untuk beradaptasi terhadap situasi baru. Tentu dipengaruhi variabel lainnya. Waktu tersebut bergantung lagi sesuai dengan cara masing-masing individu menjalaninya. Menurut Lisda, new normal itu benar-benar harus dipastikan ketentuannya agar masyarakat tak bingung. Sebab banyak yang mengeluh kebingungan. Mengingat tak semua orang bisa memahami dengan baik, sehingga harus ada bimbingan dan arahan yang jelas. Seandainya tidak ada pengarahan, maka new normal berpotensi tidak berjalan dengan maksimal.

Selama physical distancing, semua hal yang biasanya melibatkan pertemuan langsung atau tatap muka berubah menjadi virtual. Bisa ada efek samping yang terasa seperti lebih tertekan karena tak bertemu orang, dari segi kesehatan seperti mata memerah karena terlalu sering melihat gadget, dan jadi merasa kurang produktif. Sebagian orang sudah merasa terbiasa. Seandainya diberlakukan new normal dan kembali bertatap muka dengan memerhatikan protokol kesehatan, maka manusia harus menyesuaikan diri lagi. Mengingat bahwa manusia adalah makhluk cerdas, pasti akan ditemukan mekanisme atau cara baru menyesuaikan diri. Beradaptasi dan menyesuaikan diri itu dipengaruhi beberapa faktor. Bisa karena usia, dukungan sosial dari lingkungan, pendidikan, dan lain sebagainya. Lisda menegaskan bahwa secara psikologis, kunci utama saat menghadapi new normal adalah disiplin. Terutama di tempat umum.

“Selain harus bisa menerima keadaan, pertama kali yang harus dilakukan masyarakat saat new normal adalah berpikir rasional. Jangan emosional. Sebab ditemukan beberapa orang yang sudah panik duluan. Lihat data, banyak baca. Harus logis dan masuk akal. Jangan dibiasakan berasumsi sendiri,” pungkas Lisda. (*/ysm/rdm)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X