Saat banyak keluarga yang berkumpul merayakan Idulfitri, 13 tenaga kesehatan di Rumah Sakit dr R Hardjanto (RS Tentara) Balikpapan masih mengabdikan diri merawat lima pasien Covid-19.
M RIDHUAN, Balikpapan
TETAP semangat, ceria, dan optimistis. Tiga kata itu seketika keluar dari para tenaga kesehatan Rumah Sakit dr R Hardjanto Balikpapan. Mereka adalah dr Haikal, dr Yudi, Anna, Sugiyanto, Jamri, Nurraudah, Trisna wulandari, Ramlia, Deva, Titis Wulandari, Darwati, dan Mangindara. Meski telah 14 hari, selama 24 jam bergantian bertugas menangani pasien Covid-19.
Ahli penyakit dalam, dr Haikal mewakili tim penanganan pasien Covid-19 menceritakan, lima hari sebelum Lebaran, timnya masuk menggantikan tim sebelumnya. Ada 12 tenaga medis yang bertugas. Di antaranya, termasuk satu kepala perawat dan satu dokter umum selaku observer. “Tenaga kesehatan ini dibagi menjadi tiga sif. Per sifnya 8 jam standby,” ungkap Haikal.
Sementara untuk dokter spesialisnya, ada satu dokter ahli dalam, satu dokter ahli paru, dan satu orang ahli telinga hidung tenggorokan (THT). Mereka tidak ada sistem sif. Tidak ada rotasi. Setiap hari kami bertanggung jawab atas penatalaksanaan pasien,” sambungnya.
Momen Idulfitri bersama keluarga pun dilalui dengan cara berbeda. Walaupun interaksi dan berkumpul bersama keluarga secara langsung sudah tak efektif sejak pandemi melanda Balikpapan, ada kesedihan sendiri ketika Lebaran dilewatkan tanpa dikelilingi anak dan pasangan. “Sangat sedih dan berat. Mengingat ini momen sakral setahun sekali yang sangat ditunggu banyak orang,” katanya.
Walhasil, silaturahmi dilakukan melalui telepon, WhatsApp, dan video call ketika tidak menangani pasien. Untuk meredakan kesedihan, para tenaga kesehatan memperbanyak beribadah. Tim pun saling mengisi satu sama lain. Setelah salat Idulfitri, mereka berkumpul di salah satu ruang isolasi untuk makan bersama.
“Makanan dan kue Lebaran dikirim dari keluarga. Ada opor ayam, ketupat, soto, dan buras. Ada juga dari pimpinan rumah sakit dan bantuan donatur,” ujar pria 44 tahun itu.
Tak hanya dengan tim, silaturahmi dan tradisi bermaafan saat Lebaran juga dilakukan dengan empat pasien yang sedang dirawat. Haikal menyebut, kondisi semua pasien sangat optimistis. Dikatakan, pasien dalam kondisi ikhlas dengan penyakit yang sedang mendera dan sabar menjalani perawatan. “Alhamdulillah, sebelum Lebaran, satu pasien dinyatakan sembuh,” katanya.
Lanjut dia, setelah bertugas selama 14 hari di ruang isolasi, tenaga medis tak seketika pulang untuk melepas kerinduan. Meski sudah keluar dari ruang isolasi, tim harus menjalani karantina selama 14 hari. Setelah itu melakukan isolasi lagi selama 14 hari secara mandiri di rumah masing-masing.
Sebenarnya dibolehkan bertemu langsung keluarga setelah bertugas atau langsung isolasi mandiri tapi tetap memerhatikan protokol kesehatan. “Kalau mau berinteraksi langsung harus memakai APD (alat pelindung diri) level 1. Keluarga harus menggunakan masker,” imbuhnya.
Namun, itu tak dilakukan tim. Mereka sadar, keamanan keluarga menjadi prioritas utama. Karena itu, lebih baik memastikan diri bebas dari virus daripada mengambil risiko karena terburu-buru untuk mengobati kangen yang membuncah. “Kami memilih untuk bersabar selama 14 hari lagi untuk tidak bertemu keluarga,” ungkapnya.