Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda dilema, pembatasan jarak tempat duduk dirasa tak maksimal untuk kegiatan belajar mengajar (KBM). Namun, dewan tak hanya menyoroti masalah tersebut. Hingga kini, belum ada kejelasan protokol pendidikan di fase new normal.
SAMARINDA–Tahun ajaran baru pendidikan dimulai kembali pada 13 Juli mendatang. Bertepatan dengan tahun ajaran baru. Setelah sempat beralih metode, yang biasanya tatap muka langsung, sejak pertengahan Maret hingga saat ini, polanya berubah menggunakan sistem dalam jaringan.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kaltim menyoroti. Rusman Yaqub selaku ketua Komisi IV DPRD Kaltim menuturkan, Juli bukan waktu yang ideal. "Memang pemerintah sudah tahu dengan perkembangan situasi pandemi? Kan belum jelas juga," ujarnya. Dia menuturkan, pemerintah tak harus buru-buru. Pasalnya, jika kembali terjadi lonjakan, upaya yang dilakukan saat ini seolah sia-sia. Dia menegaskan, belum ada standar operasional prosedur (SOP) yang disosialisasikan pemerintah dalam penerapan pola pendidikan pada era new normal.
Ditegaskan Rusman, ada tiga pihak yang harus berkontribusi dalam dunia pendidikan. “Pertama orangtua, siswa, dan sekolah (guru),” ujarnya. Tiga pihak tersebut harus punya pemahaman yang sama dan sejalan. Sehingga, pemerintah harus membuat aturan khusus untuk masa new normal di bidang pendidikan. “Buat aja petunjuk teknis. Seperti peran orangtua, peran siswa, dan guru,” sambungnya. Dia meminta pemerintah bukan hanya bicara soal pengaturan jarak tempat duduk siswa.
Jika aturan sudah dibuat, Rusman meminta pemerintah, dalam hal ini Disdik, harus sesegera mungkin untuk menjelaskan ke publik terkait aturan tersebut. Mulai pengantaran anak ke sekolah, penjemputan, dan aktivitas di sekolah. Dia juga menyoal waktu istirahat para pelajar saat di sekolah. “Kan kalau istirahat biasa langsung cari penjual jajanan ringan di sekitar halaman sekolah. Nah, itu belum jelas aturannya. Mereka bisa berkerumun, berinteraksi,” tambahnya. Selain ada simulasi khusus, materi pelajaran bisa jadi pertimbangan.
Pria kelahiran Barru, Sulsel, menilai pemerintah terlalu cepat mengambil sikap jika harus kembali aktif di 13 Juli mendatang. “Itu terlalu tergesa-gesa untuk pengaktifan KBM. Kan sampai saat ini belum ada data yang dijelaskan dari nasional hingga daerah soal penurunan kasus bahkan hingga tak ada penambahan,” ungkapnya.
Sebelumnya, terkait skema yang diterapkan Kepala Disdik Samarinda Asli Nuryadin menuturkan, penggunaan masker, tempat cuci tangan sudah dipersiapkan. Soal jarak, Asli menegaskan tidak ada pilihan lain. “Masalah itu (jarak tempat duduk) susah diterapkan di Samarinda,” ujarnya. “Tapi kalau memang sistem jarak tetap diberlakukan, mau tidak mau harus dijalankan,” tegasnya. Asli tetap menunggu kepastian dari pusat untuk penerapan sistem belajar-mengajar di tengah situasi pandemi. Dia mengeluhkan sekolah kekurangan ruang belajar.
Jika berjarak antara satu murid dengan yang lainnya, total siswa dalam sekelas harus dibagi separuhnya. Maksimal hanya 15–17 orang per kelas. (dra2/k8)