Kebijakan work from home (WFH) dirasakan Markucel, 35, yang membuat kehidupannya terpuruk. Tak hanya pemasukan yang seret, urusan ranjangnya dengan Markonah, 32, pun bermasalah. Gara-gara tak bisa mengendalikan diri untuk mengatasi masalahnya, dia pun harus berurusan dengan polisi. Lho kok bisa?
Jadi ceritanya begini... Akhir April 2020, Markonah yang tinggal di Kota Batu baru pulang menjenguk orang tuanya di Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Perempuan yang tengah hamil enam bulan itu datang sekitar pukul 23.00. Markucel yang sudah capek seharian di rumah dengan hanya makan, tidur, main HP, dan nonton TV itu pun menyambut istrinya dengan riang gembira.
Dia lantas memijit-mijit istrinya dengan harapan ada ”bonus” yang didapatkan menjelang tidur. Namun, Markonah yang sudah ngantuk bin capek tak merespons sinyal Markucel. Karuan saja, hal itu membuat aliran darah Markucel berubah arah, malah naik ke ubun-ubun dengan derasnya.
Tak ada harapan libidonya bakal tersalurkan, Markucel pun gelap mata. Dia menampar Markonah, lantas pergi dari kamar dan tidur di ruang tamu. Sementara Markonah hanya bisa menangis tak tahu harus berbuat apa.
Namun, menyadari dirinya tak bisa melayani suaminya karena kecapekan, keesokan harinya Markonah berusaha merayu suaminya. Namun, amarah Markucel masih membara. Istrinya yang tengah hamil tersebut malah diamuk dengan ditendang dan dipukuli. Karuan saja Markonah tak terima dengan ulah suaminya itu. Setelah melakukan visum, dia melaporkan suaminya ke Polresta Batu dalam kasus KDRT (kekerasan dalam rumah tangga).
Rupanya, Markucel keder dan ciut nyali juga berurusan dengan polisi. Dengan mengiba-iba kepada istrinya, dia menyatakan menyesal dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. Kasus itu pun akhirnya ditutup pada awal Mei lalu setelah Markonah mencabut laporannya. (nug/c2/nay)