Kisah Tenaga Medis yang Berjuang Melawan Corona saat Musibah Lain Melanda

- Kamis, 28 Mei 2020 | 16:15 WIB
Santi Sijabat
Santi Sijabat

Melawan pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) bukan hanya tenaga medis yang berjuang. Masyarakat pun ikut membantu. Di Samarinda, banjir yang sempat mengepung RSUD AW Sjahranie seolah menambah duka di tengah perjuangan melawan wabah.

 

MENGGUNAKAN hazmat, ditambah masker, kacamata, dan face shield, dengan waktu yang sangat lama, sudah dirasakan para tenaga medis sejak Maret lalu. Kala lonjakan pasien terkonfirmasi positif terjadi, keringat yang membasahi tak lagi dianggap penghalang untuk mundur dari perjuangan melawan virus yang pertama kali menyebar di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, itu.

Dokter Santy Sijabat yang merupakan spesialis penyakit dalam, dan bagian dari tim medis penanganan Covid-19 di RSUD AW Sjahranie, berbincang dengan harian ini, kemarin (27/5).

Kaltim Post: Bagaimana kondisi kesehatan di tengah masa pandemi ini? Apa suka dukanya?

“Sehat jasmani dan rohani, kami (dokter dan perawat) sangat diperhatikan. Dengan sepenuh hati terus berjuang merawat pasien yang terpapar Covid di kala risiko yang bisa didapatkan. Sehari sebelum Idulfitri, kami mendapatkan hadiah terbesar. Tiga pasien yang sempat dinyatakan positif, hasil swab negatifnya keluar. Jadi teman-teman yang merayakan Lebaran bisa bertemu keluarga di rumah. Tapi seperti masyarakat umum, tidak bisa bersilaturahmi secara langsung tatap muka dan berjabat tangan,” ujarnya.

Kaltim Post: Cerita apa yang ibu dapat dari pasien yang terpapar? Khususnya jelang Lebaran.

“Saya dengar curhat seorang pasien. Mereka rindu keluarga, ingin pulang. Itu membuat saya terenyuh. Kami pun ingin pulang, tapi tidak bisa sembarangan. Karena harus karantina dulu, harus tes juga. Syarat pulang pasien harus dua kali negatif dengan uji swab. Dan itu harus menunggu waktu,” ungkapnya.

 

Kaltim Post: Apa yg paling dirindukan saat ini?

“Yang sangat dirindukan adalah dalam hal pelayanan pasien. Saya rindu melayani pasien geriatri/lansia. Karena sebelum Covid, saya fokus di pasien lansia, dan beberapa pasien bukan lansia yang biasa konsultasi. Bagi pasien geriatri yang memiliki banyak penyakit, mereka sangat rentan, dan kadang jadi takut ke rumah sakit. Begitu juga pasien lain yang daya tahan tubuhnya rendah. Kedua, dalam kehidupan sehari-hari di rumah sakit. Biasanya banyak orang, kadang bisa bercanda gurau dengan sesama teman medis atau non-medis, petugas admin atau gizi, bahkan sampai ke cleaning service,” ceritanya.

 

Kaltim Post: Dokter, kan kemarin ramai di medsos soal #IndonesiaTerserah. Bagaimana menyikapi itu?

“Jujur, kami sedih dan kecewa melihat masyarakat yang tidak patuh. Kami juga

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X