Banjir Terus, Samarinda Salah Urus

- Kamis, 28 Mei 2020 | 13:37 WIB

Banjir di Samarinda bukan perkara baru. Masalah tata kelola lingkungan, efektivitas proyek bersatu padu dengan cuaca ekstrem yang berimbas pada buruknya manajemen pengelolaan banjir.

 

SAMARINDA–Berulang kali dan berhari-hari. Banjir di Samarinda kian menjadi-jadi. Bukan lagi siklus sepuluh tahunan, melainkan ancaman tiap Lebaran. Juni 2019, Januari 2020, dan Mei 2020 adalah hari berat yang mesti dilewati sebagian warga Kota Tepian. Air bah menerjang, ribuan rumah terendam.

Pada banjir awal 2020, elite pusat memberi atensi khusus seiring penetapan Kaltim sebagai ibu kota negara (IKN) baru. Sebagai kota penyangga IKN, Samarinda dihadapkan masalah serius.

Pejabat pemerintah pusat pun berdatangan. Mulai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Mornado hingga Komisi V DPR RI. Seperti pada kunjungan Komisi V pada awal tahun lalu, mereka menyoroti Waduk Benanga.

Syarief Abdullah Alkadrie, legislator yang memimpin rombongan ini mengatakan, kondisi Waduk Benanga sudah jauh dari kata normal. Sebab, dari 1977 sudah jauh berubah. "Dari 1,5 juta kubik tinggal 500. Ini perlu ada review ulang," katanya saat mengunjungi Samarinda kala itu. Hal inilah yang menjadi alasan komisi yang membidangi infrastruktur, meteorologi, klimatologi, dan geofisika, pencarian dan pertolongan, datang ke Samarinda.

Komisi V DPR RI pun meminta wali kota segera meninjau kembali tata ruang. Sehingga, diketahui lokasi secara keseluruhan. Termasuk, mana saja lokasi yang masih tersedia terkait kelancaran aliran Waduk Benanga ini. Apalagi, lanjut Syarief Abdullah Alkadrie, pada 2020 pusat menggelontorkan anggaran Rp 65 miliar untuk penanganan banjir Samarinda. Khusus Waduk Benanga, diberikan Rp 26 miliar.

Sementara itu, Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi menitikberatkan masalah banjir Samarinda pada sedimentasi Sungai Karang Mumus (SKM). Menurut dia, pengendapan terjadi begitu luar biasa. Persoalan lain, buruknya kondisi drainase dan permukaan tanah yang rendah. "Masalahnya sama, hujan sedikit, banjir. Jika punya duit banyak, setengah kota ini (Samarinda) dipindah, tapi jangankan pindah kota, pindah permukiman saja kita ribut," ungkapnya.

Hadi mengaku telah mengetahui siklus banjir di Samarinda. Dia berharap, pengerukan Sungai Karang Mumus harus selesai dua bulan sebelum memasuki periode banjir 2021. Wagub juga meminta bantuan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk mengevaluasi pengerukan batu bara di sekitar daerah hulu Sungai Karang Mumus. "Pastinya akan ada evaluasi khusus dan peninjauan dan evaluasi sesuai dengan RKB yang telah diatur," tuturnya.

Hadi melanjutkan, Pemprov Kaltim telah melakukan perencanaan permohonan kepada pemerintah pusat. Permohonan bantuan tersebut ditujukan untuk melakukan pengerukan Sungai Karang Mumus. Meski kucuran dana tak bisa berjalan, pihaknya terus berupaya.

"Sesungguhnya kami sudah merencanakan permohonan pengerukan SKM ke pemerintah pusat karena sedimentasi luar biasa. Tapi karena Covid-19, tak bisa dilanjutkan semua DAK (dana alokasi khusus) dipangkas, kita harus bersabar dan optimis," ujarnya. Selain itu, proyek pengerukan Waduk Benanga juga kena imbas. Anggaran proyek tersebut juga dipangkas dan tak bisa dikerjakan tahun ini. Namun, pihaknya akan meminta pemerintah pusat melanjutkan proyek tersebut.

"Kita minta pemerintah pusat prioritaskan pengerukan Waduk Benanga. Tahun depan (2021), dua bulan di depan harus dikerjakan. Termasuk Dinas Lingkungan Hidup (DLH) harus evaluasi tambang batu bara di sekitar waduk," jelas Hadi. Diketahui, banjir Mei ini bertepatan dengan Lebaran. Peristiwa itu mengulangi kejadian sama pada Lebaran tahun lalu. Warga berlebaran di tengah banjir. Menggenangi tiga kecamatan dan merendam 11 kelurahan, ketinggian air bah hingga satu meter. Mengakibatkan 47.281 jiwa terdampak. (lihat grafis). Samarinda Utara menjadi wilayah yang paling parah terdampak banjir. Di Kelurahan Lempake, ketinggian air sempat mencapai 100 cm.

Kemarin (27/5), Kaltim Post melanjutkan pemantauan di Jalan Pemuda 3, Blok B, Kecamatan Sungai Pinang. Tinggi air masih tinggi. Hingga sepinggang orang dewasa. Hangatnya suasana Lebaran tak terlihat di kawasan itu. Warga hanya meratapi ketinggiannya air di depan rumah.

Teti Umiyati, warga terdampak banjir, menerangkan banjir kali ini merupakan banjir kedua kalinya saat perayaan Idulfitri. Perabotan memasak yang terendam, membuatnya tak bisa memasak.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X