Tradisi Lebaran yang Berbeda

- Jumat, 22 Mei 2020 | 14:55 WIB

Bambang Iswanto

Dosen Institut Agama Islam Negeri Samarinda

 

 

TIDAK ada substansi tradisi Lebaran yang hilang gara-gara pandemi. Yang ada hanyalah perubahan cara melaksanakan tradisi Idulfitri. Cara-cara tersebut bukan substansi tradisi Lebaran, tapi hanya sebagai casing-nya.

Tradisi keagamaan seperti salat Idulfitri, bersilaturahmi, berbagi-bagi rezeki (angpau) bagi yang memiliki kelebihan, yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari perayaan Lebaran masih bisa dilaksanakan dengan cara berbeda. Analog dengan Ramadan, tidak ada yang berubah dari menyambut kedatangan dan mengisi bulan puasa yang hampir berlalu. Semua dijalankan dengan cara yang tidak sama dengan tahun-tahun sebelumnya.

Umat muslim tidak perlu merasa kehilangan kesempatan beribadah ataupun tidak bisa merayakan Idulfitri karena Covid-19. Salat Id misalnya bisa dilakukan di rumah bersama keluarga.

Dalam pelaksanaannya dapat memberdayakan seluruh penghuni rumah. Kepala keluarga atau anggota keluarga lain didaulat menjadi khatib dan imam. Kaifiyat (tata cara) penyelenggaraannya sangat mudah.

Pemerintah dan ulama sudah mengedarkan kaifiyat Idulfitri yang simpel dan tidak mengurangi substansi salat Id. Tidak hanya tata cara yang sudah beredar, naskah khotbah yang super singkat pun sudah banyak beredar dalam rangka mempermudah pelaksanaan tradisi salat Idulfitri ala rumahan ini.

Jika sudah ada niat kuat tetap melaksanakan tradisi keagamaan yang sangat dianjurkan tersebut, tidak ada alasan untuk melaksanakannya. Kepala keluarga hanya perlu sedikit ikhtiar menyiapkan materi dan mempelajari tata caranya, semua pasti bisa.

Tidak perlu takut salah, bawa “contekan” tata cara dan naskah khotbah tidak ada masalah. Jangankan yang belum terbiasa menjadi imam dan khatib, yang sudah terbiasa pun kadang masih salah dan perlu membaca ulang kaifiyat Idulfitri. Maklum, salat Id dalam setahun hanya terjadi dua kali. Wajar jika banyak yang lupa dan perlu disegarkan kembali.

Demikian pula halnya dengan tradisi silaturahmi. Anjangsana antar-sanak famili, kolega, dan para tetangga, semua tetap bisa dilakukan. Dulu, dilaksanakan dengan bertemu secara fisik dilengkapi dengan jabat tangan dan peluk hangat serta sungkem kepada orangtua.

Sementara diganti dengan memaksimalkan teknologi, silaturahmi dunia maya. Perangkat teknologi dari mengirim pesan tulisan sampai tatap muka dengan panggilan video, tidak mengurangi makna dan substansi silaturahmi. Siapa pun bisa meminta dan memberi maaf melalui media teknologi yang juga merupakan kreasi manusia yang memaksimalkan potensi akal dan otak ciptaan Tuhan.

Tidak berbeda dengan tradisi berbagi angpau Lebaran. Berbagi kepada orang yang tidak akrab dengan media online bisa dilakukan dengan memberikan kepada yang bersangkutan dengan tetap mengikuti protokol kesehatan Covid-19.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X