BALIKPAPAN–Pusat perbelanjaan atau mal di Bumi Etam masih harus terus memutar otak mencari formula tepat agar mampu bertahan. Kinerja yang merosot belum bisa dibendung hingga kini.
Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Kaltim Aries Adriyanto mengatakan, saat ini mal-mal masih berjuang menemukan berbagai cara untuk mempertahankan operasional di tengah pandemi Covid-19. Tidak dapat dimungkiri seluruh mal mengalami penurunan omzet yang sangat drastis.
“Seluruh pengelola pusat perbelanjaan turut memutus rantai penyebaran Covid-19 dengan menerapkan jam operasional berbeda. Lalu hanya membuka tenant-tenant yang menjual keperluan pokok masyarakat, serta menerapkan take away/delivery order untuk tenant food & beverages,” ucapnya.
Dia menyampaikan, mulai Maret 2020 hingga kini kondisi pusat perbelanjaan sudah sangat memprihatinkan karena banyaknya tenant/penyewa yang menutup toko hingga masa yang belum ditentukan. “Tutupnya tenant menyebabkan mereka tidak dapat melaksanakan kewajiban administrasi keuangan terhadap pengelola pusat perbelanjaan,” bebernya.
Untuk tetap dapat survive di kondisi sulit seperti ini, lanjut dia, pengelola pusat perbelanjaan telah melakukan berbagai efisiensi baik dari sisi operasional maupun finansial.
Setelah permohonan penangguhan pembayaran dan penghapusan sementara energi minimum tidak disetujui oleh PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Kaltimra. APPBI pun mengajukan pembayaran tagihan listrik dengan metode bertahap atau mencicil ke PLN. “Itu satu-satunya cara agar mal bisa bertahan pada masa sulit seperti ini,” bebernya.
Jumlah tenant/penyewa tutup saat ini mencapai 70 persen. Hal itu sangat berimbas pada pembayaran listrik oleh tenant ke pengelola pusat perbelanjaan dan dari pengelola pusat perbelanjaan ke PLN. Pengelola pusat perbelanjaan sangat kesulitan melakukan pembayaran tagihan listrik karena sistem pembayaran energi minimum masih berlaku. Sedangkan tagihan ke tenant hanya berdasarkan kWh terpakai di meteran.
“Segala upaya telah kami lakukan. Terakhir, kami dari sudah meminta bantuan pada Gubernur Kaltim Isran Noor untuk mengakomodasi audiensi dengan PLN Kaltimra dan beberapa instansi terkait agar mendapatkan jalan keluar terbaik,” sambung Aries.
APPBI Kaltim, ujar dia, sangat berharap, PLN memberikan kebijakan dan keringanan yang tentunya berimbas positif pada kestabilan perekonomian, khususnya Kaltim.
Dia menuturkan, sesuai arahan pemerintah, mal akan menutup seluruh pusat belanja di Balikpapan selama Idulfitri pada 24–26 Mei 2020. “Namun, untuk tenant yang menjual bahan pokok, makanan, obat-obatan, serta perlengkapan kesehatan tetap buka. Untuk unit usaha rumah makan atau kafe hanya diperkenankan melakukan operasional dengan mekanisme take away dan delivery order,” ujarnya.
Hal-hal tersebut di atas merupakan upaya pemutusan mata rantai penyebaran pandemi Covid-19 di Balikpapan, khususnya di pusat yang dikunjungi masyarakat dan menimbulkan kerumunan massa saat hari raya. “Bila terdapat pusat perbelanjaan yang buka. Sehingga menimbulkan kerumunan massa yang tidak bisa dikendalikan. Maka segera dilakukan penindakan tegas,” serunya.
BERTINDAK PERSUASIF
Menjelang Idulfitri, sejumlah warga di Samarinda mendatangi pusat perbelanjaan. Pantauan Kaltim Post sejak Senin (18/5) hingga kemarin pusat perbelanjaan dipadati pengunjung. Terlebih saat sore hari, keramaian bertambah. Meski wabah Covid-19 masih melanda, publik seakan tak masalah berdampingan dengan pandemi yang telah menelan jutaan nyawa.
General Manager BIGmall Samarinda Sendek A Prawinko menerangkan, meski lonjakan keramaian bertambah dan adanya tambahan satu jam operasional, pihaknya tak mengabaikan prosedur kesehatan. Pelanggan tak bisa berbelanja dengan seenaknya.