Aneka baso seafood untuk suki sudah tertata rapi di meja. Begitu juga daging dan sosis untuk grill. Berbagai macam olahan pempek dan sup buah pun tampil begitu menggoda. Namun, itu pemandangan hidangan Lebaran tahun lalu di rumah Yulia Wahyuningrum. Tahun ini, dia sama sekali tidak menggelar open house. “Sudah empat tahun terakhir pasti open house. Selalu ramai dari pagi sampai malam. Banyak kolega dan klien berdatangan. Tahun ini memang harus prihatin, tetap aman di rumah saja,” jelas perempuan yang berprofesi sebagai psikolog klinis tersebut.
Meski begitu, Yulia mengaku tetap menyiapkan hidangan Lebaran. Termasuk membuat kue kering bersama keluarga, agar nuansa Idulfitri tetap ada. Sajian khas keluarga seperti opor ayam pun tetap dibuat, namun tidak dalam porsi banyak. Tidak adanya open house juga dimaklumi. Dijelaskan Yulia, beberapa rekan pun sudah menyampaikan jika tidak bisa datang. Dia justru membenarkan. Sebab, kondisi memang sedang tidak baik-baik saja. Lebih baik mencegah.
Meski tidak menerima kunjungan tamu, dia tetap menyiapkan sajian lebaran untuk karyawannya. “Seperti memesan kue tart, puding, dan pempek untuk hari kelima nanti. Untuk staf yang kembali bekerja karena tidak bisa ke rumah,” ujar ibu dua anak itu. Tahun sebelumnya, selepas salat Id, dia pasti mengunjungi rumah mertua. Di sanalah semua keluarga berkumpul. Dari pagi sampai malam. Kali ini, kebiasaan itu tetap dilakukan. Namun dibeberkan Yulia jika waktunya singkat saja. “Tetap silaturahmi, tapi agar tidak terlalu ramai, kami pergi agak siang. Menghindari pertemuan banyak orang,” ungkapnya.
Beruntungnya, membeli baju baru bukan kebiasaan keluarga mereka. Namun biasanya, Yulia menyiapkan untuk mertua serta keponakan. Tahun ini, urung dia lakukan. Kedua anaknya pun mafhum. Sadar dengan kondisi di tengah pandemi. Termasuk dirinya yang harus cerdas membelanjakan uang sesuai kebutuhan. Sudah dua bulan #dirumahaja, Yulia selalu memberikan pemahaman kepada anaknya. Termasuk kondisi merayakan hari kemenangan lebih aman di rumah, tidak bepergian. Meski begitu, dia berharap bisa melaksanakan salat Id berjamaah.
“Ada ngobrol sama suami, karena kan selama ini tarawih di rumah. Enggak apa-apa kali ya salat Id di lapangan? Dan tentu saja dengan standar protap kesehatan yang dianjurkan. Membawa masker, tidak salaman, bawa sajadah sendiri,” harap Yulia. Mendengar ceramah dan berjamaah adalah yang paling dia rindukan.