Teknik Baru Deteksi Covid-19, Pakai Sampel Ludah

- Jumat, 22 Mei 2020 | 14:04 WIB
Rapid test jadi salah satu teknik deteksi Covid-19.
Rapid test jadi salah satu teknik deteksi Covid-19.

JAKARTA– Indonesia tengah mengembangkan teknik baru deteksi Covid-19 berbasis molekuler dengan reverse transcription loop-mediated isothermal amplification (RT-LAMP). Dibawah komando Konsorsium Riset dan Teknologi Penanganan Covid-19, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menargetkan riset ini dapat digunakan massal pada Juli 2020.

Kepala LIPI Laksana Tri Handoko menuturkan, diagnosa virus ini berada di level molekuler sehingga diyakini metode RT-LAMP memiliki tingkat akurasi setara dengan RT-PCR. Dengan poin plus, metode ini tidak membutuhkan alat RT-PCR yang harganya cukup mahal. Sehingga, pengujiannya pun dapat dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas jauh lebih sederhana dan tidak membutuhkan biosafety level 2.

”Karena uji di level molekuler, tentu akurasi bisa setara dengan RT-PCR,” ujarnya kemarin (21/5).

Tjandrawati, peneliti deteksi Covid-19 dengan metode RT-LAMP ini menjelaskan secara singkat mengenai teknik deteksi ini. Menurut dia, teknik yang sedang dikembangkan ini prinsipnya serupa dengan metoda RT-PCR. Yakni, dengan mengamplifikasi material genetik virus untuk selanjutnya dideteksi baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Namun bedanya, RT-LAMP cara amplifikasinya menggunakan tambahan primer "internal" yang memungkinkan produk amplifikasi membentuk "loop". Kondisi ini memungkinkan reaksi polimerisasi berlangsung secara kontinyu di suhu konstan 60-65 derajat celcius. Tidak seperti RT-PCR yang memerlukan tahapan denaturasi dengan suhu 95 derajat celcius, lalu annealing suhu hingga 50 derjat Celcius dan dilanjutkan polimerisasi suhu ~65 derajat Celsius untuk 1 siklusnya.

”Biasanya reaksi amplifikasi di RT-PCR perlu sekitar 40 siklus. Ini sebabnya RT-PCR memerlukan alat khusus thermocycler yang harganya mungkin diatas Rp 500 juta,” tuturnya. Sementara untuk RT-LAMP hanya perlu "water bath" atau inkubator yang suhunya bisa diatur konstan di 60-65 derajat celsius. Alat ini pun dengan mudah tersedia di rumah sakit umum.

Mengenai kebutuhan laboratorium khusus, Staf Pusat Penelitian Kimia LIPI ini mengatakan, masih diperlukan lab BSL 3 ini untuk mengambil sampel swab pasien hingga ekstraksi RNA. Untuk analisis RNAnya dengan RT-LAMP baru bisa menggunakan laboratorium biasa. ”hanya dedicated untuk pekerjaan analisis tersebut ya. Karena ini kemungkinan mengandung virus yang masih hidup. Sementara kalau material genetik sudah diekstrak, resikonya jauh berkurang,” jelasnya.

Tjandrawati menegaskan, alternatif ini dikembangkan untuk mengatasi masalah reagen yang digunakan pada metode RT-PCR yang reagennya 100 persen import. Dia memaklumi, ketika pandemic ini seluruh negara pasti akan mengutamakan penggunaan untuk negara mereka sendiri ketimbang diekspor. Dan ini, dampaknya terasa sekali bagi Indonesia yang masih bergantung pada import.

Seperti diberitakan sebelumnya, proses deteksi kasus positif Covid-19 sempat melambat karena reagen habis dan belum datang dari luar negeri.

” Sementara reagen untuk RT-LAMP tidak masalah karena mereka tidak pakai,” ungkap alumni Universite de Nancy I, Prancis tersebut. Selain itu, dari sisi harga reagen RT-LAMP jauh lebih murah dari RT-PCR. Meski sayangnya, reagen ini masih import juga. ”Bila didukung kami bisa saja melakukan riset untuk bisa memproduksi reagen sendiri,” sambungnya.

Rekan Tjandrawati dalam penelitian deteksi Covid-19 dengan metode RT-LAMP ini, Wien Kusharyoto turut menambahkan, metode deteksi dengan RT-LAMP ini juga lebih simple hanya berbasis pewarnaan fluorescen. Misalnya ketika menggunakan phenol red, jika negatif muncul warna merah dan positif kuning. ”Reaksi RT-LAMP ini perlu waktu sekitar 30 hingga 45 menit,” jelas pria yang bekerja di satuan kerja Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI tersebut.

Diperkirakan, teknik ini nantinya bisa digunakan secara luas sekitar Juli-Agustus. Dengan begitu, dapat membantu mempercepat proses deteksi Covid-19. Terlebih, menurut dia, metode RT-LAMP sangat cocok untuk konteks point of care (POC). Terutama, di daerah dengan sumber daya rendah.

Tak berhenti di sana, Wien mengatakan, bahwa metode ini juga akan dikembangkan lebih lanjut. Sehingga nantinya, deteksi Covid-19 dapat dilakukan hanya dengan menggunakan sampel ludah serta tanpa melalui ekstraksi RNA virus. (mia)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X