JAKARTA – Provinsi Jawa Timur menyumbangkan 502 orang pasien positif baru terhadap angka pertumbuhan kasus positif infeksi Covid-19 nasional. Dengan kontribusi ini, jumlah kasus positif Indonesia kembali memecahkan rekor dengan pertambahan 973 orang dengan jumlah total 20.162 orang.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto mengatakan bahwa peningkatan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 pada Kamis (21/5) adalah yang tertinggi selama dua bulan terakhir.
Berdasarkan data yang dikantongi Gugus Tugas, wilayah yang mengalami peningkatan kasus positif terbanyak adalah Provinsi Jawa Timur dengan penambahan sebanyak 502 orang, sehingga totalnya menjadi 2.998.
Setelah Jawa Timur, menyusul penyumbang terbanyak adalah Jawa Barat dengan pertambahan 86 orang, serta DKI Jakarta 65 orang. "Peningkatan ini luar biasa dan peningkatan inilah yang tertinggi. Peningkatan tertinggi ini ada di Jawa Timur khususnya,” kata Yuri kemarin (21/5)
Menurut Yuri, adanya peningkatan tersebut disebabkan karena banyaknya kelompok rentan yang tertular dari orang yang membawa virus corona jenis baru. Sementara itu, hingga hari ini belum dapat diketahui siapa saja orang-orang pembawa atau carrier virus ini, sebab banyak orang yang positif namun tanpa gejala atau tidak terlihat sakit.
Yuri menjelaskan semua pihak harus kembali kepada hal yang mendasar bahwa kasus baru ini muncul akibat adanya kelompok rentan yang tertular orang lain yang membawa penyakit ini. ”Sementara yang kita lihat siapa yang membawa penyakit ini susah untuk bisa kita dapatkan,” jelas Yuri.
Oleh sebab itu, menjalankan protokol kesehatan menjadi hal terpenting yang harus dilakukan seperti mencuci tangan dengan air yang mengalir, memakai masker, jaga jarak, hindari berkerumunan dan tetap di rumah.
Berdasarkan data yang diterima Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, lima provinsi dengan angka kasus positif terbanyak adalah Provinsi DKI Jakarta ada kasus 6.301 disusul Jawa Timur sebanyak 2.998 Jawa Barat 1.962, Jawa Tengah 1.217, Sulawesi Selatan 1.135 dan wilayah lain di Indonesia sehingga total mencapai 20.162 orang.
Selain kasus terkonfimasi positif, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 juga mencatat jumlah pasien sembuh menjadi 4.838 setelah bertambah 263 orang dan kasus meninggal menjadi 1.278 dengan pertambahan 36 orang.
Menanggapi banyaknya peningkatan kasus, PB IDI menyatankan agar tetap menertibkan PSBB. Humas PB IDI dr Abdul Halik Malik menuturkan, banyaknya kasus yang terus bertambah maka dianjurkan saat lebaran kali ini silaturahmi dilakukan secara online. ”Apalagi disinyalir banyak Orang Tanpa Gejala (OTG),”ungkapnya.
Untuk itu PB IDI meminta agar pemerintah tidak melonggarkan PSBB. Menurutnya, monitoring dan evaluasi penanganan corona secara nasional dan perwilayah harus dibedakan. Sehingga fokus intervensi kebijakan yang diberikan akan lebih spesifik berdasarkan evaluasi dan berbasis data yang akurat dan terpercaya. ”Sekali lagi strategi utama memutus rantai penularan wabah corona disamping deteksi kasus yang cepat adalah pengaturan mobilitas penduduk sehingga yang sehat tidak bertemu dengan yang sakit,” tuturnya.
Malik menyatakan bahwa tidak mungkin sekonyong-konyong kita bisa berdamai dengan virus corona. Yang ada adalah bagaimana setiap orang mempersiapkan diri untuk perang panjang melawan covid-19. ”Saat ini semua pihak harus menghormati PSBB yang ada dan menjalankan protokol kesehatan,” ungkapnya.
PSBB bisa diandalkan untuk melandaikan kurva pandemi sehingga beban layanan kesehatan tidak terlalu tinggi. ”Dari sisi tenaga medis yang bisa dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan adalah kesiapan sistem pelayanan kesehatan setempat,” kata Malik.
Indonesia harus berupaya lebih keras bila ingin segera memulai kehidupan normal yang baru. Sebab, saat ini potensi penularan Covid-19 di Indonesia masih tergolong tinggi. Itu terlihat dari skala yang menunjukkan tinggi rendahnya penularan penyakit tersebut di sebuah negara atau wilayah, di mana skala Indoensia masih tinggi.