KALTIM Post kembali mengadakan wawancara eksklusif. Kali ini melalui live Instagram @kaltimpost. Kemarin (20/5), mahasiswa asal Kaltim yang sedang menempuh pendidikan S3 di University of Edinburgh, Skotlandia, Inggris. Riki Herliansyah, seorang dosen di Institut Teknologi Kalimantan (ITK). Bercerita susahnya berpuasa di luar negeri sampai kehidupan di sana.
“Tantang terberat adalah lamanya waktu puasa, sekitar 18-20 jam. Jadi memang mengganggu jam tidur,” ujarnya. Waktu tarawih dan sahur sangat berdekatan. Membuatnya menambah asupan gizi lebih banyak.
Akibat pandemi corona, Edinburgh lockdown sejak 23 Maret hingga 13 Mei. Hampir semua pusat hiburan dan transportasi berhenti beroperasi. Live bersama Kaltim Post, ia berada di luar ruangan karena penerapan lockdown sudah dihentikan. Namun, physical distancing masih diberlakukan.
Saat ditanya hal yang paling dirindukan dari Indonesia, tegas menjawab masakan. Untung masih dapat merasakan masakan Bumi Pertiwi karena satu rumah dengan orang Indonesia. Ikan gabus dan patin sangat sulit ditemukan. Padahal, kedua ikan tersebut sangat dirindukannya. Apalagi diolah dengan cara dibakar. Biaya untuk makan cukup terjangkau di Edinburg. Namun, tempat tinggal untuk satu kamar bisa merogoh kocek Rp 10 juta lebih. “Transportasi di sini mahal, jadi saya biasa jalan kaki. Lebih sehat dan hemat,” ungkapnya sembari tertawa.
Saat live bersama Riki, tim Kaltim Post juga membuka pertanyaan dari followers ke Riki. Mulai pertanyaan serius hingga bercanda. Bahkan ada yang menanyakan status hubungannya. Tentu dijawab dengan menunjukkan jari manis yang sudah dilingkarkan cincin. Di akhir pengujung live, Riki berjalan sembari memperlihatkan suasana Edinburgh yang sunyi, namun kemegahan bangunan di sana membuat takjub. (*ray/riz/dra)