Dianggap Tidak Hargai Pemain, Ramai-Ramai Kritik Cara Degradasi

- Kamis, 21 Mei 2020 | 13:10 WIB

JAKARTA – Aksi Tontowi Ahmad mengkritik status magang yang disematkan pelatnas PBSI terhadap dirinya menimbulkan reaksi. Para mantan penghuni Cipayung angkat suara. Salah satunya Sony Dwi Kuncoro. Peraih perunggu Olimpiade Athena 2004 itu menyebut, apa yang menimpa Owi ?sapaan Tontowi? juga dirasakan hampir setiap atlet.

Dalam sebuah unggahan di Instagram, pria kelahiran Surabaya itu menceritakan pengalamannya pada 2014. Saat itu, dia meninggalkan pelatnas dengan cara yang menurutnya kurang dihargai. Padahal, saat itu, dia masih berada di peringkat ke-15 dunia. Masih kompetitif. Parahnya lagi, Sony mendapat kabar degradasi dari surat kabar!

Sony menanyakan surat keluar agar mendapat kepastian. Hanya, kekecewaan kembali didapat. Surat keluar diberikan oleh karyawan, bukan pengurus PBSI. Ketika dikonfirmasi Jawa Pos, Sony tak mau membeberkan secara detail. ’’Saya pikir sudah cukup itu (di Instagram saja). Karena pasti pemain dan pengurus paham,’’ balasnya dalam pesan singkat, disertai emoji tertawa.

Sony berharap PBSI menemukan cara yang lebih baik untuk mendegradasi atlet. Bagaimanapun, mereka adalah pahlawan di berbagai event internasional. Sejauh yang dia tahu, tidak ada mantan atlet pelatnas yang keluar dengan baik-baik. ’’Kebiasaan ini harus diubah oleh siapa pun pengurusnya, jangan sampai turun-temurun,’’ ketus dia.

Hal senada disampaikan Ricky Karanda Suwardi. Pemain ganda putra dan campuran itu menuturkan sangat bersyukur bisa masuk pelatnas Cipayung dalam rentang waktu 2010 hingga 2018. ’’Saya bangga bisa menjadi bagian PBSI yang membela Indonesia,’’ ujar pemain yang pernah menembus peringkat ke-7 dunia bersama Angga Pratama tersebut.

Namun, Ricky menyarankan agar PBSI lebih menghargai atlet. Khususnya saat tiba saatnya memberlakukan degradasi. ’’Hargai atlet yang sudah mengorbankan waktu jauh dari keluarga, pendidikan, dan sebagainya. Mereka harus lebih bijaksana,’’ harap pemain 28 tahun itu.

Mantan pasangan Debby Susanto itu menuturkan, ketika didegradasi akhir tahun lalu, sampai saat ini surat terkait keluar dari pelatnas tidak sampai kepada dirinya. ’’Harusnya ada ya. Mungkin di klub (suratnya). Tapi, pihak klub juga nggak ada pembicaraan. Saya tahunya malah lewat media sosial aja,’’ papar juara Singapore Open 2015 itu.

Masukan yang dilancarkan para mantan atlet diterima dengan tangan terbuka oleh PBSI. Sekjen PBSI Achmad Budiharto menyatakan, suara mereka bakal menjadi evaluasi bagi binpres. ’’Surat pemanggilan dan pemulangan itu kami tujukan ke pengprov masing-masing atlet. Jadi, mungkin harus ditambah ke atletnya juga ya,’’ katanya.

Ketua Pengprov PBSI Jawa Timur Oei Wijanarko Adi Mulya menuturkan, seharusnya pelatih sudah tahu siapa saja yang akan didegradasi. Sewajarnya, hal itu disampaikan kepada atlet. Sebab, toh merekalah yang akan melaporkan situasinya kepada binpres. Nanti Sekjen mengeluarkan surat yang ditembuskan ke berbagai instansi.

’’Setahu saya sih anaknya (pemain, Red) pasti sudah tahu (kalau didegradasi) sebelum surat keluar. Tapi, coba tanyakan ke Sekjen yang lebih berwenang,’’ ujar Wijar, sapaannya.

Hal itu dibenarkan Kabid Binpres PP PBSI Susy Susanti. Sebelum memublikasikan nama-nama pemain yang didegradasi, pelatih tentu menyampaikannya kepada pemain. Degradasi pun memiliki dasar. Misalnya, prestasi terakhir hingga target ke depan. Meski usia masih produktif, jika sulit berkembang, dia harus meninggalkan pelatnas.

Kembali soal Owi, Susy menjelaskan bahwa pihaknya memberikan status magang hanya karena dia tidak punya pasangan tetap. Dia mendapatkan kesempatan empat kali turnamen. ’’Jika hasilnya positif, akan ada reward berupa tryout ekstra. Hal ini juga berlaku bagi semua atlet pelatnas. Kami tidak mengabaikan atlet magang,’’ jelas Susy. (raf/c6/na)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Nur Anisa Hasrat Berikan yang Terbaik

Senin, 22 April 2024 | 13:45 WIB

Layar Kaltim Pantang Terlena

Senin, 22 April 2024 | 12:45 WIB

Menang di Shanghai, Ini Kata Max Verstappen

Senin, 22 April 2024 | 10:10 WIB

Tinjau Langsung Perkembangan Atlet

Sabtu, 20 April 2024 | 17:10 WIB

Serasa Membalap di Atas Es

Sabtu, 20 April 2024 | 14:35 WIB

“Bukan Saya yang Indisipliner”

Jumat, 19 April 2024 | 16:00 WIB

KBL Kembali Digulirkan Akhir Pekan Ini

Jumat, 19 April 2024 | 15:00 WIB

Ingin Gelar Kejuaraan Paralayang Dunia di Kotabaru

Jumat, 19 April 2024 | 14:30 WIB

Karate Fokus Mengasah Psikis

Selasa, 16 April 2024 | 11:30 WIB

Duka Olahraga Kaltim, Polo Berpulang

Selasa, 16 April 2024 | 10:50 WIB
X