JAKARTA - Pemerintah mendorong usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM) terkoneksi platform digital. Seiring kebiasaan belanja masyarakat akan berubah drastis ketika new normal (normal baru).
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki tidak menampik sektor usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM) yang paling pertama terdampak wabah Covid-19. “Survei kami 43 persen UMKM berhenti. Mereka tidak bisa lagi usaha karena kebijakan sosial distancing, stay at home, kerja dari rumah betul-betul mengubah keadaan,” papar menteri 57 tahun itu dalam seminar virtual.
Teten telah menyiapkan skema perlindungan pemulihan UMKM maupun koperasi. Dia mendorong agar para pelaku UMKM terdampak masuk dalam program bantuan sosial. Selain itu, memberikan insentif pajak bagi UMKM dengan omset di bawah Rp 4,8 triliun.
“Kami nol persen kan selama enam bulan. Kami alokasikan anggaran Rp 64 triliun,” terang Teten. Sedangkan, untuk koperasi simpan pinjam yang mengalami masalah likuiditas kami sediakan modal kerja lunak lewat LPDB (Lembaga Pengelolaan Dana Bergulir).
Kemenko-UMKM juga menyiapkan modal kerja baru bagi 23 juta UMKM yang belum terhubung ke perbankan maupun lembaga pembiayaan. Mengingat, kata Teten, pelaku UMKM tersebut belum mendapat manfaat pemulihan ekonomi nasional. Termasuk, bansos.
Dia meminta pelaku UMKM mengajukan pinjaman baru. Sehingga, selain terdata dalam sistem perbankan, mereka juga langsung masuk dalam skema stimulus pemerintah.
Selain itu, UMKM juga harus terkoneksi dengan platform digital marketplace. Saat ini baru 13 persen atau sekitar 8 juta UMKM yang menggunakan platform digital sebagai lapak jualan. “Saya yakin dengan begitu UMKM akan tumbuh. Hal itu juga dilakukan di Korea Selatan, Tiongkok, dan negara Asia lainnya,” ungkap alumnus Universitas Pendidikan Indonesia itu. (han)