Identifikasi Kendala Industri untuk Modal Recovery

- Kamis, 21 Mei 2020 | 12:57 WIB
Agus Gumiwang Kartasasmita
Agus Gumiwang Kartasasmita

JAKARTA- Pemerintah terus berupaya mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi dunia industri di tengah pandemi Korona. Kementerian Perindustrian menyebutkan dua kendala utama yang dihadapi sektor industri, yakni adalah persoalan arus kas dan kebutuhan modal kerja. Kemenperin berharap dengan mengetahui kendala industri, kebijakan yang diambil untuk upaya recovery bisa lebih tepat.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan terkait dengan dua kendala di atas, pertama mengenai kendala arus kas adalah memberikan fasilitasi restrukturisasi kredit. ”Hampir semua perusahaan perlu dapat restrukturisasi kredit, bukan hanya sektor UMKM," ujar Agus, (20/5).

Sementara, lanjut Agus, modal kerja sangat dibutuhkan memulai kembali aktivitas industri saat kondisi kembali normal dan bisa beraktivitas seperti semula. Untuk itu, perlu upaya mendorong investasi dan rangsangan untuk memacu pasar ekspor dan pemenuhan bahan baku. ”Guna menghadapi tantangan ini, Kementerian Perindustrian tidak bisa sendirian. Kami akan arahkan juga kementerian lain untuk satu perahu dengan kita agar sektor industri bisa rebound,” tambahnya.

Menperin menyampaikan bahwa pihaknya optimistis Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia akan kembali meningkat saat industri manufaktur nasional kembali beroperasi. Menurut Agus, dalam waktu tiga bulan setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berakhir, Kemenperin membidik PMI manufaktur Indonesia dapat kembali ke angka 51,9, seperti pada Februari 2020. ”Kami menargetkan PMI tadinya 25,7 pada April 2020 atau berada pada titik terendah, nanti dalam tiga bulan kami akan mendorong dengan berbagai macam strategi dan kebijakan agar kembali pada level 51,9, di mana level tersebut terjadi pada Februari," tambahnya.

Selama tiga bulan terakhir, lanjut Agus, manufaktur belajar untuk lebih efektif dan efisien. Selain itu, industri manufaktur dipacu untuk berinovasi, salah satunya dengan memproduksi ventilator, di mana beberapa industri yang menggandeng akademisi berhasil menciptakan ventilator yang sebelumnya belum pernah diproduksi industri di tanah air. ”Sejak zaman penjajahan, tidak ada satu pabrik pun yang memproduksi ventilator. Sekarang, dalam waktu tiga bulan, beberapa kampus yang dikawinkan dengan industri, berhasil menghasilkan ventilator,” beber Agus.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor industri manufaktur merupakan kontributor terbesar dalam perekonomian nasional. Per kuartal I 2020, porsinya mencapai 19,98 persen. Kendati demikian, laju pertumbuhannya hanya 2,06 persen atau melambat dari periode yang sama tahun lalu, 3,85 persen.

Sementara itu, Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani mendukung Kemenperin untuk mengambil langkah cepat untuk menekan dampak yang dialami oleh sektor industri akibat pandemi Korona. ”Sebaiknya memang pemerintah dapat membantu sektor industri, karena jumlahnya dan perannya terhadap PDB cukup signifikan,” ujarnya.

Apindo juga mengapresiasi surat edaran Menperin yang pemerintah daerah maupun ke PLN untuk meringankan beban-beban pengusaha. ”Semoga bisa direspons cepat pihak-pihak terkait. Sebab, anggota kami masih harus bayar minimum charge, padahal sedang tutup atau turun kapasitas,” pungkasnya. (agf)

 

Sektor Pengolahan Non Migas dengan Pertumbuhan Positif

 

Sektor Pertumbuhan

Industri Kimia dan Farmasi 5,59%

Industri Alat Angkutan 4,64%

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X