Sambut Positif Industri Hilir Batu Bara

- Rabu, 20 Mei 2020 | 12:38 WIB
Pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Batu Bara Indonesia (APBI) Samarinda menyambut baik rencana pembangunan pabrik metanol dengan bahan baku emas hitam di Kutai Timur.
Pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Batu Bara Indonesia (APBI) Samarinda menyambut baik rencana pembangunan pabrik metanol dengan bahan baku emas hitam di Kutai Timur.

SAMARINDA - Pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Batu Bara Indonesia (APBI) Samarinda menyambut baik rencana pembangunan pabrik metanol dengan bahan baku emas hitam di Kutai Timur. Sebab hadirnya industri hilir diyakini bisa mengurangi potensi kerugian akibat fluktuasi atau penurunan harga batu bara internasional.

Seperti diketahui, PT Bakrie Capital Indonesia (BCI), PT Ithaca Resources, dan Air Products menjalin aliansi strategis membangun industri metanol senilai USD 2 miliar lebih atau sekira Rp 28 triliun (kurs Rp 14.000 per USD). Industri hilir yang dibangun di Batuta Industrial Chemical Park di Bengalon, Kutai Timur ini dibangun mulai 2021 dan akan beroperasi pada 2024 mendatang.

Ketua APBI Samarinda Eko Priyatno mengatakan, pihaknya belum tahu benar mengenai rencana pembangunan industri batu bara tersebut. Namun apapun industrinya, dia yakin akan berdampak baik bagi perekonomian daerah dan para pengusaha. Mereka pun tak mempermasalahkan lokasi pembangunan. Industri gasifikasi atau deposit batu bara akan tetap didukung.

“Namun industri ini mungkin nantinya memiliki teknik terkini dalam proses eksploitasinya. Sehingga tidak akan terlalu signifikan terhadap perubahan ekspor kita saat ini,” jelasnya, Selasa (19/5).

Berdasarkan kontrak jangka panjang tersebut, PT BCI dan PT Ithaca Resources akan memasok bahan baku batu bara dan telah berkomitmen untuk mengambil alih produksi metanol untuk dipasarkan di Indonesia. Batu bara yang dipasok dari tambang milik PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Ithaca Resources tersebut akan diolah di fasilitas produksi milik Air Products menjadi metanol.

“Kita mendukung saja demi perbaikan ekonomi daerah ini. Namun kita belum tahu bagaimana teknologinya dan kontribusi kita di lokal seperti apa,” katanya.

Pemprov Kaltim turut mendukung pembangunan itu. Sebab proyek yang diklaim mampu memproduksi 1,8 juta ton metanol per tahun ini akan mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) secara signifikan dan pada akhirnya akan mengurangi tekanan pada mata uang rupiah.

“Kita tidak bisa banyak berkomentar mengenai proyek ini, sebab kami tidak terlibat. Hanya saja jika ada industri batu bara di Kaltim di mana pun tempatnya menjadi sah saja selama bisa mendongkrak ekonomi Kaltim,” pungkasnya. (ctr/ndu/k18)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X