CORONA benar-benar berimbas ke semua sektor. Tak terkecuali sepak bola. Para pegiat si kulit bundar dibuat mati akal. Para pemain tak bisa berlatih dengan leluasa. Bahkan untuk sekadar mencari tambahan pemasukan lewat turnamen tarikan kampung (tarkam) pun tidak bisa.
Biasanya, momen libur kompetisi dijadikan pemain sebagai ajang mengikuti berbagai tawaran bermain tarkam. Tapi saat ini, jangankan tarkam. Mereka harus dipaksa bertahan dengan gaji 25 persen dari gaji normal setiap bulannya.
Musuh terberat pemain saat ini adalah rasa jenuh. Mereka dituntut tetap menjaga kondisi agar tetap fit. Namun berlatih sendirian cukup membosankan.
“Asli saya jenuh sekali. Mau latihan rasanya malas karena tidak ada teman yang bisa diajak berlatih bersama karena situasi corona,” ungkap pemain senior Naga Mekes, Firly Apriansyah.
Hal serupa dirasakan pemain muda tim Kota Raja, Kresna Fajar Bayu Okoca. Pemain berposisi gelandang serang itu menyebut hari-harinya cukup membosankan. Setiap hari dia harus menjalani rutinitas yang sama.
“Saya masih bisa berlatih bersama teman di lapangan. Tapi tetap saja jenuh. Kadang kalau sudah jenuh sekali, saya mancing,” kata eks Persebaya U-20 itu.
Terkait kompetisi yang akan ditentukan pada 29 Mei, Kresna berharap, kompetisi tetap berjalan. “Kalau saya pribadi ingin sekali kompetisi lanjut. Tapi kita serahkan saja ke PSSI,” ujarnya. (don/abi/k8)