Puasa Hampir 20 Jam, Habiskan Waktu Menanam Sayur

- Senin, 18 Mei 2020 | 14:53 WIB
Marini Nur Shadrina
Marini Nur Shadrina

Lockdown di Rusia turut berimbas ke penerbangan internasional. Niat mudik ke Samarinda harus dibatalkan.

 

DWI RESTU, Samarinda

 

BERPUASA hampir 20 jam cukup menguras tenaga. Namun, itu bukan hal baru bagi Marini Nur Shadrina. Tahun ini, adalah tahun keempat dia menjalani Ramadan di Rusia. Marini, begitu dia disapa, saat ini menempuh pendidikan di St Petersburg State Transport University.

Mahasiswi 21 tahun itu tak pernah risau dengan waktu puasa yang lebih lama ketimbang di Indonesia. “Sudah memasuki musim panas sih, tapi ya alhamdulillah, berasa lebih nikmat. Puasa pas lagi corona,” ujar alumnus SMA 10 Samarinda 2016 silam.

Lanjut dia, waktu puasa yang lebih lama membuat durasi berbuka cukup singkat. Jarak antara berbuka, tarawih, hingga sahur, hanya sekitar 3-4 jam. Tanpa makan dan minum di saat pandemi corona, diakui Marini, turut memengaruhi rutinitasnya.

“Tahun sebelumnya, pas puasa harus bolak-balik kampus-asrama. Kalau sekarang lewat daring, jadi lebih simpel,” ceritanya. Pemandangan lain pada tahun ini, lanjut dia, tidak boleh bepergian dan berkumpul lebih dari lima orang, Tidak ada tarawih dan tidak ada tenda Ramadan. Aktivitas Idulfitri pun diyakini tak seramai biasanya.

Berdasarkan data Worldometers, total kasus corona atau Covid-19 di Rusia menembus angka 1,5 juta. Satu strip di bawah Amerika Serikat. Kondisi itu membuat pemerintah Rusia memberlakukan lockdown dan belum ada tanda-tanda pelonggaran pengetatan aktivitas.

“Meski lockdown, supermarket dan toko-toko makanan masih buka, tapi sebagian restoran tutup,” tambahnya.

Namun, mahasiswi semester VI jurusan Railway Traffic Management System ini mengaku tidak gelisah. “Jadi lebih banyak kegiatan di luar perkuliahan yang bisa dilakukan,” sambungnya. Bersama rekan-rekannya, rutinitas yang belakangan digeluti adalah bercocok tanam.

Seperti menanam daun bawang dan seledri. Selain mengisi waktu, kegiatan itu untuk mengantisipasi kekurangan bahan makanan saat pandemi. Dia dan temannya menggunakan baskom ukuran sedang atau botol bekas air minum. Tanah untuk menanam tak sulit didapat. Sehingga, perempuan yang hobi memasak dan membaca itu tak kesulitan bercocok tanam.

“Jadi lebih produktif,” ungkapnya. Kebiasaan lain Marini dan rekan-rekan di tengah pandemi saat Ramadan adalah belajar make up. "Seenggaknya itu bisa mengurangi kepenatan di sini," tambahnya. Selama Rusia lockdown sementara, Marini menyebut, warga masih diperkenankan keluar rumah. “Di asrama diberlakukan untuk tidak keluar lebih dari dua jam, kalau terpaksa keluar sekadar membeli bahan-bahan makanan yang habis. Di sini wajib pakai masker,” sambungnya. Marini mengaku beruntung berdiam di St Petersburg. Bahan makanan mudah terjangkau saat lockdown.

Pemberlakuan lockdown di Rusia turut berimbas ke penerbangan internasional. Dia pun tak berencana mudik ke Indonesia. Selain adanya pandemi corona, dia ingin kembali setelah kuliahnya tuntas. (riz/k16)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X