Pesantren Rumah

- Sabtu, 16 Mei 2020 | 11:01 WIB

Bambang Iswanto

Dosen Institut Agama Islam Negeri Samarinda

 

 

SECARA historis, pesantren adalah lembaga pendidikan Islam paling tua di Indonesia. Sudah ada sejak Islam masuk Indonesia. Mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang sudah ada sebelum kedatangan Islam. Peran pesantren tidak hanya diakui dalam andil mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi turut berperan dalam proses perjuangan kemerdekaan bangsa.

Dalam era modern, pesantren bertransformasi dinamis. Pesantren tidak lagi hanya diidentikkan sebagai lembaga yang mengajarkan ilmu-ilmu agama saja seperti tafsir, hadis, tasawuf, dan akhlak. Dengan sumber rujukan kitab-kitab kuning klasik atau kitab gundul.

Kini pesantren menjadi candradimuka bagi santri (peserta didiknya) untuk mendapatkan ilmu agama sekaligus ilmu umum agar alumnusnya bisa mandiri dan bermanfaat di masyarakat. Maka tidak mengherankan pesantren sekarang, memiliki kurikulum live skill, kewirausahaan, penguasaan IT dengan porsi yang besar selain materi agama yang memang menjadi core business-nya.

Integrasi kurikulum ilmu pengetahuan dan akhlak secara proporsional tak pelak menjadi keperluan bangsa ini. Keduanya harus diberikan secara berimbang. Berakhlak tanpa ilmu, tentu kurang maksimal dalam memberikan manfaat. Yang berbahaya adalah orang pintar tanpa agama dan akhlak.

Kepintaran yang seharusnya memberikan manfaat untuk orang lain, justru dimanfaatkan untuk membodohi orang. Dari kepintaran yang nihil, ilmu agama itulah lahir manusia yang diberikan amanah tetapi menyalahgunakan jabatannya.

Uang yang sejatinya mengalir untuk menyejahterakan rakyat, mengalir deras ke kantong dan rekening pribadi. Otak cerdas yang bisa membuat nuklir dan bahan kimia untuk kemaslahatan malah dibuat bom yang membunuh orang.

Keahlian dalam penguasaan teknologi dan informasi yang harusnya bisa membuat orang lain pintar dan terinspirasi dipakai sebagai alat menakuti serta membuat resah masyarakat dengan menyebar hoaks atau fitnah, dan seterusnya. Untuk alasan itulah, pesantren bertransformasi memenuhi tantangan dan keperluan zaman.

Salah satu ciri khas pondok pesantren adalah sistem pengajaran dan pendidikan intensif yang dilakukan secara maksimal. Ada rutinitas yang terjadwal dan diberlakukan secara disiplin dalam pengawasan pengasuh pesantren yang biasanya disebut kiai yang dibantu oleh para ustaz dan mu’allim.

Dari bangun tidur sampai tidur lagi merupakan satu kesatuan sistem pendidikan pesantren yang harus dijalankan oleh santri. Dalam 24 jam, santri “dipaksa” taat pada aturan kepesantrenan dalam menuntut ilmu dan berperilaku.

Belajar, makan, beribadah, dan beristirahat semua diatur dalam koridor mendidik. Jika pola itu terus dijalankan baik sebagai santri maupun setelah menjadi alumnus, akan melahirkan manusia tahan banting dan disiplin. Keduanya kunci sukses menjadi manusia yang bermanfaat dan sukses.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X