Covid-19 Buat Realisasi Investasi Turun Rp 4,5 T

- Kamis, 14 Mei 2020 | 14:50 WIB
Berdasarkan sektor usaha maka realisasi investasi PMDN yang dapat dicapai sampai dengan triwulan I 2020 menunjukkan subsektor tanaman pangan dan perkebunan mengalami penambahan investasi terbesar, yaitu mencapai Rp 2,17 triliun.
Berdasarkan sektor usaha maka realisasi investasi PMDN yang dapat dicapai sampai dengan triwulan I 2020 menunjukkan subsektor tanaman pangan dan perkebunan mengalami penambahan investasi terbesar, yaitu mencapai Rp 2,17 triliun.

BALIKPAPAN- Realisasi investasi di Kaltim pada triwulan I 2020 turun sebesar Rp 4,5 T akibat penyebaran virus corona. Data Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltim menunjukkan target realisasi investasi 2020 sebesar Rp 21,30 triliun. Sementara pada triwulan I (Januari-Maret) 2020 ini realisasinya baru mencapai angka Rp 4,64 triliun.

Adapun realisasi tersebut berasal dari PMDN sebesar Rp 3,71 triliun (439 proyek) dan PMA sebesar USD 64,93 juta atau sebesar Rp 0,93 triliun (106 proyek). Capaian realisasi investasi ini mengalami penurunan sebesar 49,8 persen dibandingkan triwulan I 2019, sebesar Rp 9,24 triliun. Jika dibandingkan target realisasi investasi tahun ini sebesar Rp 21,30 triliun maka baru mencapai 21,78 persen.

Kepala DPMPTSP Kaltim Abdullah Sani menuturkan, jika dilihat berdasarkan sektor usaha maka realisasi investasi PMDN yang dapat dicapai sampai dengan triwulan I 2020 menunjukkan subsektor tanaman pangan dan perkebunan mengalami penambahan investasi terbesar, yaitu mencapai Rp 2,17 triliun. Memberikan kontribusi terhadap realisasi investasi seluruh sektor usaha, yaitu sebesar 58,49 persen.

Subsektor pertambangan berada di urutan kedua kontributor terbesar, yaitu mencapai Rp 957,11 miliar atau 25,82 persen. Sedangkan subsektor industri makanan sebagai kontributor ketiga mencapai Rp 379,01 miliar atau 10,23 persen. Secara keseluruhan, terdapat sekitar 16 subsektor usaha yang berkontribusi terhadap nilai investasi PMDN pada triwulan I 2020.

Dari sisi penyerapan tenaga kerja, terdistribusi pada subsektor tanaman pangan dan perkebunan yang menyerap tenaga kerja Indonesia paling banyak, yaitu 742 orang atau 37,99 persen dari total jumlah tenaga kerja Indonesia yang terserap melalui tambahan investasi PMDN. Pada subsektor ini juga menyerap tenaga kerja asing sebanyak dua orang.

Selanjutnya subsektor jasa lainnya menyerap tenaga kerja Indonesia sebanyak 415 orang atau 21,25 persen dari total seluruh tenaga kerja Indonesia yang terserap. Sementara itu, realisasi PMA sebesar Rp 0,93 triliun sebaran ada di 10 kabupaten/kota. Kutai Timur memberikan kontribusi paling signifikan dengan nilai USD 26,91 juta atau sebesar Rp 387,60 miliar (41,45 persen) terdiri atas 16 proyek PMA.

Kutai Kartanegara menjadi kontributor kedua, yaitu mencapai USD 16,10 juta atau sebesar Rp 231,94 miliar (24,80 persen). Sedangkan Paser merupakan kontributor ketiga, yaitu sebesar USD 11,01 juta atau sebesar Rp 158,65 miliar (16,97 persen). Persentase kontribusi kabupaten/kota lainnya berkisar 7,52 persen hingga 0,14 persen.

Dari sisi penyerapan tenaga kerja Indonesia paling besar terdapat di Kutai Timur, yaitu sebanyak 2.528 orang, dan disusul Balikpapan sebanyak 286 orang. “Realisasi PMA berdasarkan sektor usaha, subsektor pertambangan mendapatkan tambahan investasi terbesar, yaitu USD 38,73 juta (Rp 557,74 miliar) atau sebesar 59,65 persen dari keseluruhan realisasi PMA,” terangnya.

Sani menekankan, subsektor lain yang memberikan kontribusi cukup besar bagi investasi di wilayah ini adalah industri mineral non-logam, yaitu sebesar USD 15,43 juta (Rp 222,30 miliar) atau 23,77 persen dan subsektor tanaman pangan dan perkebunan sebesar USD 5,03 juta (Rp 72,46 miliar) atau 7,75 persen.

Secara keseluruhan terdapat sekitar sembilan subsektor usaha yang berkontribusi terhadap nilai investasi PMA pada triwulan I tahun 2020. “Secara umum penurunan terjadi pada hampir semua jenis investasi. Baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA),” bebernya.

Untuk itu, sejumlah langkah dilakukan pihaknya guna mempertahankan stabilitas iklim investasi di Kaltim. Meski ia mengakui pandemi Covid-19 terjadi di seluruh dunia dan dampaknya juga sampai ke negara-negara potensial investor.

"Upayanya antara lain menarik investor (promosi), keringanan atau penundaan pajak, mempermudah dan mempercepat pelayanan perizinan. Kami juga menjalin kemitraan perusahaan PMA/PMDN dengan UMKM, dengan mencarikan partner atau joint venture bagi perusahaan yang belum merealisasikan proyeknya," tutupnya. (aji/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X