Inflasi 2020 Diperkirakan 2,78 Persen

- Kamis, 14 Mei 2020 | 14:32 WIB
Inflasi tahun ini diperkirakan berada di level 2,73 persen (year-on-year/yoy).
Inflasi tahun ini diperkirakan berada di level 2,73 persen (year-on-year/yoy).

SAMARINDA- Inflasi tahun ini diperkirakan berada di level 2,73 persen (year-on-year/yoy). Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang tercatat hanya sebesar 1,66 persen. Salah satu faktor pendukungnya adalah hambatan distribusi pasokan pangan yang disebabkan dampak dari pandemi virus corona (Covid-19).

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, secara tahunan inflasi Kaltim relatif stabil terutama disumbang oleh penurunan tarif angkutan udara yang terus turun lebih dalam. Sebaliknya tren inflasi bahan makanan dan minuman, malah meningkat. Peningkatan ini dapat menggerus daya beli masyarakat golongan bawah.

“Pada tahun ini, baik Samarinda maupun Balikpapan inflasi inti mengalami peningkatan yang signifikan,” jelasnya Rabu (13/5).

Tutuk mengungkapkan, dalam beberapa bulan terakhir perilaku kelompok inflasi non-inti di Samarinda relatif berbeda dengan kelompok yang sama di Balikpapan. Inflasi non-inti di Samarinda terlihat banyak dipengaruhi kelompok inflasi volatile food (bahan pangan bergejolak), sedangkan di Balikpapan banyak dipengaruhi administered price (harga yang diatur pemerintah).

“Bulanan mengalami deflasi atau inflasi secara fluktuatif itu biasa. Tapi yang harus dilihat inflasi tahunan agar tetap stabil,” tuturnya.

Dalam beberapa bulan ini Kaltim mengalami deflasi disebabkan kinerja transportasi yang terus mengalami penurunan. Itu disebabkan keterbatasan penerbangan dan sebagainya saat Covid-19. Jika penerbangan kembali meningkat maka berpengaruh pada inflasi. “Secara tahunan inflasi kita tahun ini diperkirakan sekitar 2,78 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun lalu sebesar 1,66 persen,” katanya.

Tutuk mengatakan, peningkatan inflasi secara tahunan disebabkan banyak hal. Sebagian besar kebutuhan masyarakat Kaltim dipasok dari luar daerah. Penguatan peran penyangga serta kelancaran distribusi dan efisiennya mekanisme pasar, sangat diperlukan untuk stabilisasi harga bahan pangan yang sering bergejolak.

Sehingga ada beberapa faktor peningkatan inflasi, seperti anomali cuaca juga berdampak pada produksi dan distribusi komoditas bahan pangan. Arus gelombang yang tinggi memengaruhi hasil tangkapan ikan. “Dampak Covid-19 yang menyebabkan adanya hambatan distribusi pasokan yang menyebabkan permintaan masyarakat tidak diimbangi dengan pasokan yang memadai,” tuturnya.

Namun, ada juga beberapa faktor yang memengaruhi penurunan inflasi. Salah satunya optimalisasi peran TPID seperti sidak, kios inflasi, serta menjamin distributor tidak memainkan harga-harga komoditas yang kerap menyumbang inflasi. Seperti bawang putih dan cabai merah. Lalu penurunan tarif angkutan udara selama Covid-19.

Penurunan harga minyak dunia seiring penurunan permintaan dalam masa pandemi juga berdampak. “Jadi, ada beberapa faktor yang harus kita cermati bersama. Kita jaga jangan sampai inflasi kembali bergejolak, yang terpenting inflasi Kaltim tetap terjaga dan stabil,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X