Jalan Kaki 15 Kilometer untuk Bertemu Pujaan Hati

- Rabu, 13 Mei 2020 | 15:00 WIB

Salah satu kesedihan terbesar dalam hidup Didi Kempot adalah tak bisa menunggui kelahiran anak pertama karena tak punya ongkos pulang. Sempat membuatkan lagu khusus untuk anak bungsunya yang mewarisi bakat menyanyinya.

 

DUWI SUSILO, Ngawi-ANTONIUS CHRISTIAN, Solo, Jawa Pos

 

TAK lama setelah turun dari kendaraan umum itu, bisa jadi Didi Kempot langsung menepuk jidat sendiri. ”Duh, aseeem, kesasar!” Betapa tidak, tujuannya siang itu adalah Desa Majasem, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi. Tapi, dia malah turun di desa dan kecamatan yang berbeda, meski masih di Ngawi juga. Jarak dua desa di kabupaten ujung barat Jawa Timur itu 15 kilometer.

Lho, kan tinggal dilanjutkan dengan naik kendaraan umum? Didi pada awal 1990-an itu bukanlah Didi seperti yang dikenal orang beberapa tahun terakhir. Kala itu dia masih mengandalkan mengamen untuk menjumput rupiah. Sangu (uang saku)-nya mepet sekali waktu itu. Tapi, bukan Didi kalau menyerah begitu saja.

”Modal bensin seliter montorku tak setater//Tak ampiri arep tak ajak muter-muter.” Demikian tulisnya dalam Sekonyong-konyong Koder untuk menggambarkan keberanian (atau kenekatan) seorang pejuang cinta. Dari Desa Keras Kulon, Kecamatan Gerih, tempat dia salah turun, ditempuhnya jarak 15 kilometer itu dengan berjalan kaki. Demi bisa menemui sang pujaan hati: Saputri.

”Didi cerita ke saya, selepas magrib dia baru nyampai (di rumah Saputri, Red) karena harus berjalan kaki,” ungkap Nur Muhamadi, kepala Desa Majasem, kepada Jawa Pos Radar Madiun yang menemuinya Senin lalu (11/5).

Nur adalah sahabat Didi dan Saputri. Dia sangat tahu romansa keduanya hingga akhirnya berujung pernikahan.

Nur mengenal Didi semasa adik komedian Mamiek Prakoso itu masih mengamen di Jakarta, termasuk di bus-bus. ”Saya masih jadi sopir bus antarkota waktu itu. Akhirnya kami akrab, sudah seperti saudara,” kata pria 51 tahun tersebut.

Jawa Pos Radar Madiun sebenarnya juga mampir ke kediaman Saputri di hari yang sama. Namun, pihak keluarga memberitahukan bahwa perempuan yang dinikahi Didi pada 1994 itu belum berkenan menemui karena masih butuh ketenangan setelah sang suami berpulang Selasa pekan lalu (5/5).

Menurut Nur, kesasarnya Didi itu bukan satu-satunya cerita kegigihan pria kelahiran Solo tersebut dalam memperjuangkan cintanya. Pernah suatu kali saat Saputri masih bekerja di pabrik konfeksi di Tangerang, Didi main ke tempat kosnya.

Ternyata, tutur Kothor, sapaan Nur, ada ”akamsi” (anak kampung sini) yang juga naksir dengan Saputri. Entah bagaimana awalnya, Didi tiba-tiba dikepung warga. Padahal, kos bukannya lagi kosong. Masih ada tiga teman kos Saputri.

Waktu itu Kothor berada di terminal. Begitu mendengar kabar tersebut, dia bergegas ke kampung itu. Dengan mengatur siasat, akhirnya Didi berhasil selamat. ”Jadi, saat itu saya menemui warga di depan rumah, sedangkan Didi saya suruh keluar melalui pintu belakang,” bebernya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X