Mengejar Kontribusi Industri Pengolahan

- Rabu, 13 Mei 2020 | 12:37 WIB

Industri pengolahan yang di dalamnya ada crude palm oil (CPO) menjadi salah satu penahan penurunan pertumbuhan ekonomi Bumi Etam. Berkat sumbangsihnya, pada triwulan I 2020 ekonomi Kaltim tumbuh sebesar 1,27 persen.

SAMARINDA – Kinerja industri kelapa sawit diharapkan terus berjalan normal di tengah penyebaran virus corona. Pasalnya sektor ini diyakini bisa menjadi penahan penurunan pertumbuhan ekonomi Bumi Etam di tengah penurunan harga dan permintaan batu bara.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammdsjah Djafar mengatakan, sampai saat ini kegiatan operasional di perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit (PKS) masih berjalan normal. Namun sektor ini turut terdampak corona, tapi tak terlalu signifikan. Sebab ekspor menurun diakibatkan penundaan pengiriman.

“Di perusahaan pengolahan minyak kelapa sawit sampai sekarang masih normal karena di sana pelaksanaan pekerjaannya berjauhan. Sehingga physical distancing terjadi dengan sendirinya. Sayang, saat ini harga CPO global mengalami penurunan, dari rata-rata USD 722 per ton pada Februari menjadi USD 636 per ton,” jelasnya, Selasa (12/5).

Djafar mengungkapkan, produksi minyak sawit secara nasional pada Maret sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Yakni minus 0,9 persen. Sedangkan konsumsi dalam negeri turun 3,2 persen, namun ekspor naik 3,3 persen. Dibandingkan Januari-Maret 2019, produksi 2020 lebih rendah 14 persen, ekspor lebih rendah 16,5 persen.

“Secara konsumsi minyak di Indonesia untuk pangan menurun sekitar 8,3 persen. Ketidakpastian waktu teratasinya pandemi Covid-19 menyebabkan konsumsi minyak sawit untuk produk pangan menurun,” katanya.

Namun, sebaliknya produk oleokimia naik karena kebutuhan bahan pembersih sanitizer meningkat. Dari 68 ribu ton kenaikan konsumsi oleokimia sebesar 55 persen terjadi pada gliserin yang merupakan bahan pembuatan hand sanitizer.

Ekspor minyak sawit mengalami kenaikan sebesar 83 ribu ton dengan kontribusi utama dari CPO (113 ribu ton) dan oleokimia (63 ribu ton). Kenaikan ekspor terbesar terjadi untuk tujuan Bangladesh, Afrika dan Tiongkok. Ekspor ke EU, India dan Timur Tengah sedikit naik sedangkan ekspor ke Pakistan dan USA turun. Kenaikan ekspor ke Tiongkok karena diiformasikan Tiongkok telah mulai pulih dari pandemi.

“Covid-19 telah mengganggu perekonomian dunia, tetapi semua negara tidak akan sanggup berlama-lama dalam situasi seperti saat ini dan harus segera bangkit. Oleh sebab itu, peningkatan produktivitas dan efisiensi harus menjadi prioritas untuk menjaga viabilitas dari industri,” terangnya.

Pada Mei, sebagian besar Indonesia akan memasuki musim kemarau dan puncak kemarau diperkirakan akan terjadi pada Agustus. Meskipun kemarau, pada tahun ini diperkirakan tidak separah 2019. Tapi persiapan menghadapi kemarau untuk mencegah kebakaran hutan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.

“Gapki telah membuat protokol pencegahan kebakaran hutan, sehingga harapannya terjadi kewaspadaan agar mencegah kebakaran saat kemarau. Diharapkan dengan kewaspadaan dan kerjasama semua pihak, Karhutla 2020 dapat dicegah dan diminimalkan,” pungkasnya. (ctr/ndu2/k18)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X