Maradona Sirajuddin, SPd, MPd
Dosen Universitas Mulawarman
FILSAFAT Pendidikan bagi masyarakat Jerman mengungkapkan bahwa eksistensi manusia adalah untuk kesejahteraan negara. Filsafat Pendidikan liberal Amerika yakni eksistensi manusia adalah untuk mencapai kesejahteraan individu. Sementara itu filsafat pendidikan Indonesia adalah pendidikan diorganisasikan untuk mencapai tujuan mencapai eksistensi manusia pancasilais sejati.
Kesejahteraan sebuah bangsa bermula dari karakter kuat warganya demikianlah ungkap Cicero-- cendikiawan Republic Roma (106-43 SM). Kemudian bagaimana dengan bangsa kita hari ini? Tentu refleksi sepanjang 2019 merupakan jawaban dari hipotesis kita. Pada 2019, bangsa kita berada pada hiruk pikuk yang mengkhawatirkan, mulai dari elite hingga akar rumput, hampir menegasikan kebajikan.
Kita dapat melihat meraka yang fanatik dan radikal dengan suatu tujuan yang mereka inginkan dengan melempar sandiwara berita bohong seakan bangsa ini menampakkan bangsa yang lemah dan tidak memiliki malu. Apakah itu takdir? Tentu saja bukan. Founding Fathers kita sudah membuktikannya misalnya Soekarno, Hatta, Syahrir, Tan Malaka. Mereka orang Indonesia, namun bisa memiliki karakter tangguh.
Mengejawantahkan kebajikan untuk mencapai manusia pancasilais sejati bukanlah pekerjaan yang mudah. Namun sebagai bangsa, kita harus yakin kualitas karakter mampu dibangun dan dibuktikan bersama.
Sebagai contoh bangsa ini mampu mengembangkan sikap rasa saling menghormati kebebasan melaksanakan ibadah sesuai pada agama serta kepercayaannya masing-masing. Menghargai suatu perbedaan yang ada, karena kita harus menyadari jika hidup memang berbeda-beda dari suku, ras, ataupun agama. Sebagai manusia, wajib menjunjung suatu kebenaran, jangan yang salah tetapi dibenarkan. Hidup adil ke semua manusia bahkan alam semesta. Karena itu, keadilanlah sebagai hukum tertinggi bagi bangsa ini.
Kebajikan dapat kita bagi menjadi dua, yaitu kebajikan fundamental yang dibutuhkan untuk membentuk karakter yang baik, yaitu rasa hormat dan tanggung jawab. Kedua kebajikan itu merupakan nilai moral fundamental yang harus diajarkan dalam pendidikan karakter baik untuk diri kita sendiri, keluarga, sekolah, kampus, dan masyarakat.
Rasa hormat berarti mengungkapkan apresiasi terhadap seseorang atau sesuatu. Hal itu terwujud dalam tiga bentuk, yaitu rasa hormat terhadap: diri sendiri, orang lain, dan segala bentuk kehidupan beserta dengan lingkungan yang mendukung keberlangsungannya (misal, rasa hormat terhadap milik dan rasa hormat terhadap otoritas). Demi rasa hormat, maka sesama manusia tidak boleh menyakiti orang lain. Jadi rasa hormat merupakan penunaian kewajiban mengenai hal yang tidak boleh dilakukan oleh seseorang (kewajiban negatif).
Sedangkan tanggung jawab adalah makna lebih luas dari rasa hormat. Ia merupakan tindakan aktif untuk menanggapi secara positif kebutuhan pihak lain.
Selain dua kebajikan fundamental itu, ada jutaan kebajikan esensial yang dibutuhkan untuk membentuk karakter yang baik. Secara singkat kebajikan esensial yaitu kebijaksanaa, keadilan, ketabahan, pengendalian diri, kasih, sikap positif, kerja keras, integritas, rasa syukur, dan kerendahan hati.
Akhirnya kebajikan esensial amat penting bagi anak, remaja, dan kaum muda. Kini, kondisi kehidupan moral kita makin mencemaskan. Utamanya, berkaitan dengan meluasnya perilaku menyimpang seperti menyontek, berita bohong, korup, perselingkuhan, mengonsumsi narkoba, tindakan kekerasan, pornografi, seks bebas, tak acuh pada sopan santun.