SYDNEY – Wilayah pesisir merupakan salah satu aset yang vital bagi Australia. Selain menjadi surga para peselancar, ombak besar di sejumlah pantai di Australia dijadikan sumber energi terbarukan. Australia sedang gencar-gencarnya mengembangkan teknologi pembangkit listrik tenaga ombak.
Beberapa perusahaan sudah terjun untuk mengembangkan teknologi pembangkit listrik tenaga ombak. Salah satunya Mako Energy. Perusahaan yang berbasis di Sydney itu kini mengembangkan turbin bawah air dengan diameter 2–4 meter.
’’Saat ini kami sedang mengembangkan turbin yang bisa dipasang di daerah terpencil sekalipun,’’ ujar Managing Director Mako Energy Douglas Hunt kepada CNN.
Turbin yang dikembangkan perusahaan tersebut sudah mengikuti perkembangan teknologi. Turbin tersebut tetap bisa menghasilkan listrik meskipun aliran air tak seberapa besar. Satu turbin pun bisa menghidupi listrik sekitar 20 rumah.
Memang, pembuatan turbin tersebut masih mahal. Satu turbin mako bisa mencapai USD 70 ribu (Rp 1 miliar). Pembangkit listrik tenaga ombak terbesar di Korsel menghabiskan dana USD 300 juta (Rp 4,4 triliun) saat dibangun pada 2011.
Aspek tersebut membuat banyak negara masih ragu untuk menggunakan energi ombak. Apalagi Australia yang punya banyak pasokan energi murah seperti batu bara. ’’Komposisi energi nasional masih didominasi batu bara,’’ kata Jenny Hayward, peneliti dari CSIRO, lembaga penelitian pemerintah Australia.
Hunt menyatakan, banyak perusahaan yang terus berlomba untuk menciptakan alat dengan harga terjangkau. Meski belum bisa menggantikan peran batu bara, setidaknya ombak bisa membuat komposisi produksi energi Australia lebih ramah lingkungan. Apalagi, ombak jauh lebih bisa diandalkan daripada angin ataupun cahaya matahari. ’’Tujuan terakhir kami adalah konsumen pribadi bisa membeli dan merawatnya tanpa bantuan teknisi,’’ ujar Hunt. (bil/c19/tom)