Mengolah Labu untuk Kota Tepian

- Senin, 11 Mei 2020 | 10:23 WIB
Oktifani Puji Fitriani
Oktifani Puji Fitriani

Berbisnis itu perlu belajar dan membuka pemikiran yang luas. Sekalipun dilatar belakangi keisengan, tetap bisa berbuah manis jika dijalani sungguh-sungguh. Itulah yang dilakukan Oktifani Puji Fitriani atau Fani. Ingin lestarikan labu sebagai kearifan lokal.

 

DALAM hitungan detik, wangi adonan kue tercium. Pemandangan berpuluh-puluh labu tertangkap dari luar. Rumah yang terletak di bilangan AW Syahranie itu menjadi saksi bisu di mana oleh-oleh khas Samarinda itu resmi tercipta. Masuk ke dalam rumah, pemandangan kue yang sudah tersusun rapi di dalam kotak langsung menyambut. Tak lama, perempuan ramah berhijab datang menghampiri. Dialah Oktifani Puji Fitriani atau Fani. Pemilik Fanny’s Lapis Labu yang sudah berdiri sejak akhir 2016 silam.

Dari awal, Fani memang sudah menaruh minat pada bisnis. Sampai akhirnya mengikuti kuliah bisnis di Mini University Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kaltim pada 2016. Berawal dari iseng, karena melihat pengumumannya di grup Facebook. Dia ingat, kala itu para mentor bertanya kepada para peserta mengenai bisnis apa yang akan segera didirikan. Sedangkan saat mengikuti program itu, Fani belum punya bisnis sendiri. Hanya sekadar menjalankan multi level marketing (MLM).

-

Dia pun mulai memikirkan rencana untuk punya brand dan bisnis pribadi. Ide awal justru bukanlah labu yang menjadi bahan utama. Melainkan buah naga. Namun karena buah naga kadang terbatas, Fani beralih ke labu. Menurut Fani, hampir di setiap acara atau agenda di Kutai Kartanegara (Kukar) selalu menyediakan sayur labu sebagai hidangan. Tak pernah ketinggalan.

“Sebelumnya saya lama tinggal di Kukar. Hampir delapan tahun karena bekerja. Saya lihat, labu itu paling mudah dicari, dikonsumsi, dan harganya stabil di sana. Bisa dibilang jadi buah kearifan lokal pula karena hampir disukai semua suku yang ada di Kukar,” ujarnya saat ditemui awal pekan lalu.

Tak langsung mengolah lapis labu, produk awal yang dijual Fani justru brownies labu kuning. Setelah beberapa kali mendapat pesanan, Fani coba mengevaluasi produknya. Pemilihan brownies di awal karena dia ingin masyarakat mengenal terlebih dahulu soal olahan labu. Ketika sudah familiar, barulah dia perbaharui produknya pada 2017 sebagai kue lapis labu.

Varian topping dibuat berkala. Sekaligus melihat selera pasar agar tak cepat jenuh. Awalnya, Fani hanya mengurus bisnis sendiri. Mengutak-atik resep dan belajar autodidak. Berulang kali gagal dan terus mencoba. Membeli bahan hingga mengantarnya ke rumah pembeli dia lakukan sendiri. Permintaan yang makin banyak, akhirnya dia merekrut karyawan yang kini berjumlah lima dan menggunakan jasa kurir. Tak begitu banyak modal yang Fani keluarkan. Dulu dia hanya memanfaatkan alat yang ada di rumah saja.

“Awal mendirikan bisnis ini tentu optimis. Sebelumnya juga saya cari tahu, apakah sudah ada lapis labu di Samarinda. Ternyata enggak ada. Jadi saya pikir, peluangnya akan bagus. Alhamdullilah, sampai saat ini antusiasmenya positif,” lanjut ibu tiga anak itu.

Hingga kini, bisnis Fani bertopang pada penjualan online. Bekerja sama dengan beberapa platform layanan on demand populer. Pada awalnya, dia memanfaatkan Facebook. Mempromosikan produknya di grup-grup setiap hari tanpa jeda. Walhasil, cukup berpengaruh pada penjualan. Kini sudah merambah hingga ke Instagram dan fanspage Facebook. Produk Fanny’s Lapis Labu selalu berhasil jadi incaran para pelancong dari luar kota. Sesuai dengan slogannya, From Samarinda with Love dan jadi yang pertama di Kota Tepian. Dalam satu hari, biasanya mencapai 50-100 pesanan masuk.

-

“Tantangan di bisnis kuliner itu khawatir pelanggan cepat bosan. Jadi harus selalu berinovasi dalam mengembangkan produk. Hadirnya produk baru itu untuk menjaga pelanggan lama dan produk lama tetap dikenalkan ke pembeli baru,” bebernya.

Dalam menjalani bisnis, Fani mengaku tak muluk-muluk. Menurutnya, aksi dan keinginan yang kuat itu paling penting. Dia juga ingat apa yang dikatakan oleh salah seorang mentornya kala mengikuti kelas bisnis. Sebuah produk belum dikatakan terkenal kalau belum ada yang KW.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X