Tak semua murid bisa belajar daring dari rumah karena kendala jaringan atau gagap teknologi. Mengatasi ini, Bintang pun rela turun agar anak didiknya tak ketinggalan mata pelajaran.
M RIDHUAN, Balikpapan
Beton di Jalan Pemuda berganti tanah lempung. Licin dan berlumpur setelah diguyur hujan. Lebarnya hanya cukup untuk satu mobil. Di sekeliling terlihat rumah penduduk dan ladang pertanian saling berdampingan.
Di rumah bernomor 108, di sudut jalan setapak yang dicor sebagian, berdiam pasangan Bintang Riris Parhusip dan Sudarmono. Bersama tiga anak mereka. Keluarga ini menempati rumah yang tampak belum selesai dibangun.
“Selamat pagi, Pak,” sapa Bintang yang baru selesai sarapan kepada awak media yang baru sampai di rumahnya, Senin (4/5). Bintang dan suaminya adalah pasangan tenaga pendidik yang belakangan mengubah cara mengajar mereka karena pandemi Covid-19.
Mereka tinggal di kawasan yang secara administrasi masuk wilayah RT 66, Kelurahan Manggar, Balikpapan Timur. Namun, lokasi ini lebih dikenal dengan nama Kampung Tator. Sebab, banyak penduduknya berasal dari Tana Toraja. Sudah ada sejak era 1980-an, yang mayoritas masyarakatnya hidup dari ladang pertanian.
Waktu saat itu belum menunjukkan pukul 08.00 Wita. Bintang pun bersiap-siap. Setelah berdandan, mengenakan masker, dia pamitan dengan sang suami. Tapi baru sampai di depan rumah, Sudarmono mengingatkan agar istrinya itu membawa hand sanitizer. “Semoga perjalanan kita dilancarkan,” doanya.
Mengendarai motor bebek dengan ban belakang sudah retak, Bintang dengan hati-hati menyusuri jalan setapak. Hari itu, dia akan mengunjungi rumah empat anak didiknya yang duduk di bangku SD. Sebenarnya ada lima murid. Namun, seorang di antaranya sedang sakit. “Tetap ikuti imbauan pemerintah,” sebutnya.
Pada masa pandemi, proses belajar dilakukan secara daring dari rumah. Namun tak semua murid bisa mengakses mata pelajaran. Keterbatasan jaringan kerap jadi alasan. Ada pula halangan dari orangtua yang gagap teknologi. “Proses mengajar secara daring tak maksimal dan akhirnya tidak efektif,” jelasnya.
Hal tersebut melatarbelakangi dirinya merelakan diri berkeliling ke rumah murid. Berkunjung bertemu anak didik yang didampingi orangtua mereka. Memberikan paket soal, sambil mengulas materi secara singkat. Itu disebutnya sebagai langkah agar anak tetap semangat belajar. “Selebihnya pengawasan tetap dilakukan via WhatsApp oleh guru,” ujarnya.
Dari pengamatan Kaltim Post, murid dan orangtua menyambut Bintang dengan antusias saat tiba di rumah mereka. Di ruang tamu, Bintang pun memberikan paket soal dan sedikit penjelasan pelajaran. Memancing semangat dan cara berpikir anak terhadap materi yang sedang diberikan. “Ini juga dengan izin orangtua. Jadi orangtua juga harus mendampingi,” ungkapnya.
Berkeliling ke rumah murid di Kampung Tator tak semudah yang dibayangkan. Kondisi jalan yang sempit dan licin setelah hujan dan diapit ladang pertanian membuat perempuan itu harus ekstrahati-hati berkendara. Kalau tidak, risiko terjatuh bisa terjadi.
“Ya pernah juga jatuh. Makanya baru bisa jalan kalau kondisi jalan agak kering,” ungkapnya.