Konsumsi Masyarakat Turun Signifikan, Pertumbuhan Ekonomi Bisa Minus

- Kamis, 7 Mei 2020 | 12:13 WIB
Selama pandemi Covid-19, sejumlah mal sepi pengunjung. Selain itu memang daya beli masyarakat yang terjun bebas.
Selama pandemi Covid-19, sejumlah mal sepi pengunjung. Selain itu memang daya beli masyarakat yang terjun bebas.

JAKARTA– Angka pertumbuhan Ekonomi Kuartal I 2020 benar-benar mencerminkan dampak Covid-19 terhadap perekonomian di tanah air. Bila pandemi tidak kunjung reda, bukan tidak mungkin akhir tahun ini pertumbuhan ekonomi bisa minus. Meskipun demikian, Pemerintah meyakinkan bahwa upaya mempertahankan pertumbuhan masih terus dilakukan.

Presiden Joko Widodo saat Sidang kabinet Paripurna kemarin (6/5) memilih menghibur diri atas capaian pertumbuhan ekonomi yang tergolong rendah untuk ukuran Indonesia itu. Dia menyampaikan, walaupun hanya tumbuh 2,97% tapi dibandingkan dengan negara lain kinerja ekonomi Indonesia relatif masih baik.

Dia mencontohkan Tiongkok, yang pertumbuhan ekonominya di kuartal pertama 2020 -6,8 persen setelah pada periode yang sama tahun lalu tumbuh 6 persen. ’’Artinya ini year on year deltanya (penurunan) 12,8 persen,’’ urai Jokowi. begitu pula Prancis yang deltanya 6,25 persen, Hongkong (5,9 persen), Spanyol (5,88 persen), hingga Italia (4,95 persen). semuanya menjadi negatif.

Di Indoensia, Covid-19 memukul perekonomian dari sisi permintaan sekaligus penawaran. Indeks manufaktur misalnya, Indonesia berada di level 27,5. Lebih rendah dibandingkan korea selatan yang indeksnya 41,6, atau negara-negara di ASEAN. Malaysia 31,3, Vietnam 32,7, dan Filipina 31,6. Harus dicarikan solusi dan jalan agar kontraksi bisa diperbaiki.

Dia meminta tim ekonomi memperhatikan betul angka-angka yang ada secara mendetail. Mana saja sektor dan subsektor yang mengalami kontraksi paling dalam. ’’Dilihat secara detail dan dicarikan stimulusnya,’’ lanjut Presiden. Sehingga program stimulus ekonomi betul-betul tepat sasaran. Dan pemerintah bisa mulai merancang skenario pemulihan di setiap sektor dan subsektor.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan, realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020 jauh di bawah perkiraan. Seperti diketahui, realisasi pertumbuhan yang mencapai 2,97 persen itu jauh lebih rendah dibanding proyeksi pemerintah yang mencapai 4,6 persen.

‘’Itu jauh dari perkiraan awal kita,’’ ujarnya pada rapat Komisi XI DPR, kemarin (6/5).

Ani menyebut, konsumsi mengalami penurunan yang signifikan. Sehingga, ke depan pemerintah akan mengantisipasi penurunan itu. Dia menyebut, dampak perluasan PSBB juga memicu turunnya konsumsi. ‘’Pembatasan sosial baru mulai berlaku Maret minggu kedua. Kita bayangkan April dan Mei ini PSBB dilakukan meluas, maka konsumsi pasti akan drop jauh lebih besar,’’ tuturnya.

Padahal, konsumsi masyarakat memiliki kontribusi yang amat besar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, porsinya mencapai 57 persen. Selain itu, lanjut Ani, konsumsi masyarakat di Jakarta dan Jawa berkontribusi hingga 50-55 persen terhadap total konsumsi di Indonesia. ‘’Artinya, kalau sekarang Jakarta dan Jawa yang sudah PSBB pasti konsumi tidak akan tumbuh,’’ imbuhnya.

Dengan kondisi pandemi yang masih berlanjut pada triwulan II dan III, dia pun memproyeksi perekonmian Indonesia dalam skenario sangat berat yakni minus 0,4 persen. ‘’Sehingga kemungkinan masuk skenario sangat berat mungkin terjadi, dari 2,3 persen menjadi minus 0,4 persen,’’ tuturnya.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebut, pemerintah akan terus berupaya bisa menjaga konsumsi masyarakat melalui akselerasi bansos. Meski, diakuinya, besaran nilai bansos yang diberikan pemerintah tidak serta merta mampu mengembalikan pertumbuhan konsumsi yang hilang.

Paling tidak, upaya pemberian bansos itu bisa mengurangi beban masyarakat yang terdampak PHK. ‘’Social safety net, bansos kan meluas. Pemerintah meng-cover minimal tiga bulan, bahkan ada yang sampai enam bulan dan sembilan bulan sampai Desember. Ini kita harap cukup memberi bantalan sosial, tidak berarti bisa substitusi angka konsumsi Rp 5000 triliun yang di Jawa dan Jabodetabek tadi, namun bisa mengurangi mereka yang terdampak PHK dan kehilangan pekerjaan,’’ urainya.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memprediksi puncak penyebaran Covid-19 akan terjadi di bulan April, Mei, hingga pertengahan Juni. Selama periode tersebut, PSBB akan berlangsung di 70 persen wilayah tanah air.

"Maka dari itu, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Q2 tahun 2020 sebesar 0,4 persen," kata Perry dalam konferensi pers virtual kemarin. Perlahan tapi pasti, pertumbuhan ekonomi naik pada Q3 1,2 persen dan Q4 sebesar 3,1 persen.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X