Pemerataan Bahan Pokok Masih Jadi PR

- Kamis, 30 April 2020 | 13:40 WIB
ilustrasi
ilustrasi

JAKARTA- Meski di atas kertas pasokan bahan pokok diklaim mencukupi, namun masih ada pekerjaan rumah yang perlu diperhatikan, yakni pemerataan pasokan. Sebab, di sejumlah daerah masih dilaporkan terjadinya defisit bahan pokok, sementara di sisi lain juga ada daerah yang mengalami surplus. Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian pun diminta untuk memetakan dengan baik tentang suplai dan permintaan tiap daerah.

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menegaskan bahwa pihaknya sudah menginstrusikan bahwa distribusi kebutuhan pokok akan dipercepat, agar langsung diterima daerah yang mengalami defisit stok. Fasilitas tol laut pun perlu dimanfaatkan secara maksimal terutama dalam pengiriman barang tujuan Indonesia Tengah dan Timur. "Pada dasarnya stok cukup untuk bisa memenuhi dan tinggal mengatur dan memastikan distribusi ini lancar,” ujar Agus, saat sesi konferensi pers virtual usai melakukan kunjungan ke pasar Kramat Jati, kemarin (29/4).

Mendag mengakui bahwa tata niaga kebutuhan pokok yang terganggu selama penanganan Korona, membuat stok barang di beberapa daerah menipis. Para produsen yang stoknya terkonsentrasi di pulau Jawa pun diminta segera memanfaatkan akses salah satunya transportasi tol laut untuk distribusi ke berbagai wilayah tujuan. "Tol laut sudah ada 26 trayek, ini antisipasi untuk mengisi defisit-defisit provinsi sehingga distribusi lancar dan tepat sasaran bagi provinsi yang memang perhitungannya kurang,” tambah Agus.

Menurut Agus, sejumlah komoditas seperti bawang merah dan gula masih berada di atas harga eceran tertinggi di beberapa daerah. Akan tetapi, pasokan yang mulai berdatangan membuat harga komoditas tersebut mengalami tren penurunan. "Memastikan beberapa provinsi yang defisit ini distribusinya lancar sehingga tidak ada defisit lagi,” urainya.

Mengenai perkembangan harga secara nasional, harga komoditas pangan terpantau naik dan turun di kisaran 0-5 persen. Komoditas-komoditas tersebut antara lain beras, minyak goreng, tepung terigu, kedelai, daging sapi, dan telur ayam ras. Berdasarkan informasi dari Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI), harga bawang merah saat ini mengalami kenaikan akibat turunnya produksi di sentra produksi bawang merah di Brebes Jawa Tengah hingga 10 persen.

Penurunan ini terjadi karena hasil tanam yang kurang bagus dan stok panen sebelumnya mengalami kerusakan. Di sisi lain, harga bibit bawang merah juga naik menjadiRp 40.000-45.000/kg dari biasanya Rp 20.000/kg. “Dari sisi distribusi ke Jakarta saat ini juga diinfokan ada penurunan. Pengiriman bawang merah dari Brebes ke Jakarta saat ini sebanyak 25 truk/hari berkurang 16 persen dari sebelumnya 30 truk/hari,” beber Agus.

Sementara itu, dua komoditas yakni gula dan bawang putih juga masih menjadi sorotan. Harga gula mengalami penurunan dibandingkan sepekan lalu sebesar 1,64 persen menjadi Rp 18.000/kg dan tetap masih di atas HET Rp12.500/kg. Sedangkan harga rata-rata nasional bawang putih Rp. 36.900/kg turun 6,82 persen dibandingkan seminggu lalu. “Dalam beberapa waktu ke depan, pasokan bawang putih direncanakan akan terus bertambah hingga 66,8 ribu ton,” pungkas Mendag.

Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengakui bahwa da sejumlah provinsi yang mengalami defisit stok. Namun, ada juga sejumlah provinsi yang mengalami surplus. “Namun secara keseluruhan sampai dengan Mei ini dalam neraca nasional kita, ini (bahan pokok, red) cukup bagus dan cukup terkendali dengan aman," ujarnya.

Mentan mengklaim bahwa pihaknya telah melakukan intervensi kepada sejumlah provinsi yang mengalami defisit komoditas tersebut dengan mengalihkan hasil komoditas dari sejumlah provinsi yang mengalami surplus. "Maka saat ini terdapat 28 provinsi yang dalam kendali sudah bagus," tambah Syahrul.

Lebih rinci, Syahrul mengatakan bahwa ada dua provinsi yang mengalami defisit membutuhkan perhatian lebih seperti di Kaltara dan Maluku. Kemudian, ada empat provinsi yang mengalami defisit stok pangan dan membutuhkan intervensi yang lebih kuat lagi yaitu di Riau, Kepri, Babel dan Maluku. ”Oleh karena itu, 11 komoditi pangan utama itu neraca nasionalnya aman dan kalau kita intervensi maka akan menghasilkan penguatan-penguatan dan sekaligus menyalurkan produksi-produksi yang ada dari provinsi sih yang surplus," pungkasnya. (agf)

 

Data Perkiraan Defisit Neraca Dagang untuk Beberapa Komoditas

Jenis Komoditas Jumlah Provinsi Defisit

Beras 7

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X