BALIKPAPAN–Potensi tsunami di Kaltim bakal semakin cepat dipantau. Seiring dengan rencana pemasangan sistem penerima pesan atau warning receiver system (WRS). Di Kaltim, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) rencananya memasang WRS di delapan lokasi. Mencakup tujuh kabupaten/kota.
Khusus untuk Kota Balikpapan akan dipasang di Stasiun Geofisika dan Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Sementara di daerah lain, hanya dipasang di kantor BPBD. Meliputi BPBD Kota Bontang, BPBD Kabupaten Kukar, BPBD Kabupaten Kutim, BPBD Kabupaten Kubar, BPBD Kabupaten PPU, dan BPBD Kabupaten Paser.
“Nantinya, info dini gempa bumi dan tsunami yang diberikan ke instansi terkait yang menangani kebencanaan dapat segera disampaikan kepada masyarakat,” ucap Kepala Stasiun Geofisika Kelas III Balikpapan Mudjianto saat dihubungi Kaltim Post, Senin (27/4). Lanjut dia, peralatan WRS merupa generasi terbaru.
BMKG Balikpapan pun sudah menyampaikan informasi pemasangan WRS tersebut ke BPBD kabupaten/kota pada 24 Maret 2020 lalu. Melalui surat bernomor: GF.00.02/001/KBKB/III/2020. Menurut Mudjianto, WRS memiliki spesifikasi berupa monitor layar sentuh berukuran 55 inci. Dengan dimensi tinggi 157 sentimeter, lebar 70 sentimeter dan panjang 70 sentimeter. Dipadukan dengan perangkat komunikasi berupa antena berukuran 97 sentimeter, lalu BUC (Block Up Converter) yang menghantarkan sinyal informasi ke satelit.
Juga sering disebut sebagai transmitter (Tx) dan LNB (Low Noise Block Up), yang menerima sinyal informasi dari satelit. Termasuk dikenal sebagai receiver (Rx). Selain itu, ada pula kabel antena ke modem sepanjang 60 meter. Perangkat ini dipasang di atap atau halaman bangunan. Untuk perangkat pendukung akan disediakan UPS (uninterruptible power supply) atau stabilizer yang merupakan perangkat elektronik yang dapat menyediakan cadangan listrik sementara saat listrik padam.
Akan tetapi, pandemi corona membuat rencana pemasangan alat tersebut sedikit terhambat. “Insyaallah tahun ini selesai. Setidaknya masa tanggap darurat pandemi virus corona dinyatakan berakhir. Atau setidaknya akses barang dan orang sudah bebas untuk kegiatan pengiriman barang dan instalasi. Yang diperkirakan awal Juli mendatang,” sambung dia.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati sebelumnya menyampaikan keunggulan WRS generasi terbaru ini. Selama ini, informasi peringatan dini tsunami bisa diketahui 5 menit setelah gempa terjadi. Namun, dengan teknologi baru ini, tsunami bisa diketahui 3 atau 4 menit setelah gempa terjadi. Setelah dianalisis data gempa bumi, akan ada hasil berupa parameter besaran gempa bumi. Kemudian lokasi gempa bumi terjadi dan kedalaman sumbernya.
Yang tak kalah pentingnya adalah dampak yang ditimbulkan. “Apakah hanya dirasakan getarannya dalam skala MMI atau sampai menimbulkan terjadinya tsunami. Alat DVB New Gen ini medianya. Menyampaikan hasil analisis tersebut untuk diketahui dan disebarkan ke masyarakat, berupa info gempa,” ucap Mudjianto. Terpisah, Pelaksana Tugas Kepala BPBD Kaltim Nazrin masih enggan berkomentar lebih jauh mengenai potensi tsunami di Selat Makassar.
Pihaknya memilih menunggu kajian resmi dari pemerintah pusat mengenai hal itu. “Informasi ini, kami belum tahu datanya. Jadi, saya belum bisa menyampaikan upaya yang dilakukan BPBD Kaltim terkait hal ini. Karena untuk menyampaikan di media, kami harus memiliki data dan kajian di lapangan,” ungkapnya.
Diwartakan sebelumnya, risiko bencana gempa bumi dan tsunami turut jadi isu krusial dalam penyusunan rencana induk (masterplan) pembangunan ibu kota negara (IKN) di Kaltim. Saat ini pemerintah tengah menyusun masterplan berupa infrastruktur jalan, sumber daya air, transportasi, energi listrik, dan jaringan komunikasi. Ditargetkan, Mei nanti, masterplan tersebut telah dipresentasikan ke Presiden Joko Widodo.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), potensi tsunami berada di wilayah pesisir pantai Kalimantan di bagian selatan. Lalu membentang sampai utara Kalimantan. Yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Sesuai peta yang dikeluarkan BMKG, potensi tsunami masih memungkinkan terjadi mulai pesisir Banjarmasin (Kalsel) lalu memanjang ke Balikpapan (Kaltim) dan Palangka Raya (Kalteng). Dan berakhir di Tarakan (Kaltara). Yang ditandai dengan garis merah memanjang.
“Kapan, di mana dan seberapa besarnya serta ketepatan waktunya yang belum bisa diprediksikan,” kata Mudjianto kepada Kaltim Post, Ahad (26/4). Lanjut dia, karena gempa tektonik maupun longsoran dasar laut, tsunami bisa terjadi di Selat Makassar. Baik dari pantai barat Sulawesi atau pantai timur Kalimantan. Namun, selama tidak ada peringatan dini tsunami dari BMKG, tidak ada potensi tsunami. Sehingga masyarakat diimbau tetap tenang.
Dibanding pulau lain di Indonesia, Mudjianto menyatakan, Pulau Kalimantan relatif lebih aman secara seismik. Menurut dia, BMKG pusat bersama kementerian dan lembaga terkait sedang menyiapkan sistem monitoring gempa. Termasuk langkah mitigasi gempa bumi dan tsunami yang lebih mumpuni di IKN baru. ”Sudah dipersiapkan tahun ini (2020),” kata Mudjianto.
Peneliti senior di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko mengatakan, sesuai hasil penelitian, calon IKN baru di Kaltim di sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara, rentan dilanda tsunami. Hal itu dipicu longsor bawah laut. Volume longsorannya mendekati 4 juta meter kubik. Sehingga bisa menghasilkan gelombang tsunami setinggi lebih 15 meter. Seperti yang pernah terjadi di Papua Nugini pada 1998.