BALIKPAPAN - Dilarangnya aktivitas penerbangan komersial diproyeksi bakal berpengaruh kepada pendapatan Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan, Balikpapan. Bahkan tak adanya penerbangan penumpang hingga 1 Juni 2020, membuat pendapatan Bandara SAMS berpotensi minus.
Seperti diketahui, Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020, pelarangan penerbangan komersial berlaku untuk daerah yang menerapkan pembatasan sosial berskala besar atau zona merah. Sebagai daerah zona merah, Bandara SAMS Sepinggan tidak ada melakukan penerbangan komersial.
General Manager PT Angkasa Pura I Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan Farid Indra Nugraha mengatakan, saat ini pihaknya hanya melayani penerbangan kargo. Sebab pengiriman barang menjadi pengecualian dalam Peraturan Menteri (PM) 25 itu. Penerbangan kargo akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing maskapai.
“Jadi Bandara Sepinggan tidak dilakukan penutupan. Yang dilakukan adalah pembatasan penerbangan dari pihak airline,” katanya, Minggu (26/4). Farid menjelaskan bahwa dengan keluarkan beleid tersebut, maskapai diminta untuk memberitahukan kepada penumpang untuk melakukan pembatalan. Mereka bisa memindahkan jadwal atau pengembalian uang.
Karena sudah tidak ada operasional, maka seluruh petugas Bandara SAMS berada di rumah. Akan tetapi gerai penyewa (tenant) sampai saat ini masih ada. Tidak adanya jadwal penerbangan hingga waktu mudik tentu akan berdampak pada pendapatan. Penghasilan dipastikan nol untuk layanan komersial.
“Jadi minus. Untuk kisarannya kita belum bisa prediksi. Penumpang juga sekarang tinggal sedikit. Kita tidak masalah demi negara. Kalau tidak begini, kan tidak akan berhenti-berhenti. (Virus corona) menyebar terus,” jelas Farid.
Adapun tahun lalu target pencapaian laba Bandara SAMS Sepinggan sebesar Rp 110 miliar. Sedangkan target revenue atau pendapatan sebesar Rp 450 miliar. Target laba 2019 itu sebesar Rp 110 miliar tapi malah rugi lebih dari Rp 50 miliar. Revenue-nya Rp 450 miliar tetapi tidak tercapai juga.
Penurunan yang terjadi tahun lalu tidak lepas dari jumlah penumpang yang turun hingga 20 persen. Terbaginya penumpang dengan Bandara APT Pranoto Samarinda serta kondisi ekonomi yang menurun jadi sebab. Terlebih melonjaknya harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar, hingga membuat pendapatan dari sisi non aero berkurang lantaran banyak tenant di bandara memilih tutup.
Sebelumnya, perseroan mengejar pendapatan dari pertumbuhan penumpang. Misalnya penerbangan internasional. Selain itu, pihaknya juga bekerja sama dengan Dinas Pariwisata mengenai destinasi wisata untuk mendongkrak penumpang melalui kunjungan wisatawan. Sementara untuk non aero, mereka berencana mencoba di sektor perhotelan.
“Namun, pandemi Covid-19 ini justru membuat pendapatan semakin tergerus. Besar harapan wabah ini bisa teratasi dan aktivitas kembali normal,” pungkasnya. (aji/ndu/k18)