Berau Berpotensi Terjadi Cuaca Ekstrem

- Minggu, 26 April 2020 | 13:03 WIB
Peralihan musim dapat dilihat dengan masih adanya hujan yang tidak menentu, amplitudo, suhu udara yang tinggi, kelembapan udara rendah, serta arah dan kecepatan angin berubah-ubah.
Peralihan musim dapat dilihat dengan masih adanya hujan yang tidak menentu, amplitudo, suhu udara yang tinggi, kelembapan udara rendah, serta arah dan kecepatan angin berubah-ubah.

TANJUNG REDEBBadan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Berau memprediksi sebagian besar wilayah Berau akan memasuki musim pancaroba.

Dikatakan Kepala BMKG Berau Tekad Sumardi, kondisi ini akan ada potensi cuaca ekstrem. Berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer, BMKG memprediksi hingga akhir Mei 2020, wilayah Berau akan memasuki periode pancaroba, yaitu peralihan musim dari hujan menuju kemarau. "Hingga akhir Mei peralihan musim," ujarnya. Bahkan ia mengatakan, saat memasuki masa peralihan musim hujan ke musim kemarau, diimbau masyarakat menjaga kewaspadaan terhadap api. Terutama bagi yang membuka lahan, "Biasanya rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla),” tambahnya.

Selain itu, dia mengingatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan. Pasalnya, saat musim peralihan memengaruhi keadaan kesehatan tubuh untuk beradaptasi. "Biasa akan muncul gejala flu," terangnya.

Dia juga menerangkan, peralihan musim dapat dilihat dengan masih adanya hujan yang tidak menentu, amplitudo, suhu udara yang tinggi, kelembapan udara rendah, serta arah dan kecepatan angin berubah-ubah.

Kata dia, saat pancaroba, perubahan kondisi cuaca relatif lebih cepat. Pada pagi-siang umumnya cerah-berawan dengan kondisi panas terik, dan dapat diikuti hujan intensitas tinggi dalam durasi singkat yang dapat terjadi pada siang-sore hari.

Kondisi tersebut dapat menimbulkan potensi cuaca ekstrem, seperti puting beliung, hujan es, banjir bandang, angin kencang dalam durasi singkat. “Itu karena siklus udara tak menentu,” bebernya.

Sementara itu, BMKG memprediksi musim kemarau di Indonesia akan dimulai pada akhir April. Ke depan, kata dia, diperkirakan terjadi gangguan meteorologi Madden Julian Oscillation (MJO) yang sedang aktif di kuadran 3 dan 4.

Fenomena itu lebih sering dikenal dengan sebutan maritime continent. Di fase tersebut berumur 30–60 hari, wilayah Indonesia, khususnya Kaltim sebagian besar berpotensi terjadinya pembentukan awan konvektif yang menyebabkan hujan sedang atau lebat. “Sedang dihadapi sekarang,” pungkasnya. (*/oke/dra/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X