BALIKPAPAN – Larangan mudik telah digalakkan oleh pemerintah pusat. Hal ini jelas membuat beberapa masyarakat mulai gelisah. Tidak bisa bertemu sanak saudara di kampung halaman.
Meski begitu, sarana transportasi umum memang perlahan mulai dihindari. Misalnya saja Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan. Yang kian hari terlihat makin sepi.
Terkait hal ini, General Manager Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan Farid Indra Nugraha mengatakan belum ada tindakan antisipasi. Menurut dia, meski ada larangan untuk mudik, sulit untuk dilakukan penerapan secara langsung.
“Sulit untuk mendeteksinya. Apalagi kalau misalkan penumpang tidak mengaku akan mudik. Jadi, sulit untuk menerapkan pelarangan secara menyeluruh,” tuturnya.
Berbeda halnya dengan transportasi darat. Penumpang harus memberi keterangan mendetail terkait keberangkatan. Menurut dia, jalur darat juga menjadi peluang lebih besar penyebaran pandemi Covid-19 ini.
Akan tetapi, protokol guna melindungi diri tetap dijalankan. Seperti penggunaan wajib masker dan sarung tangan. Serta penyemprotan dengan cairan disinfektan. Hal ini terbilang wajib bagi para penumpang yang baru datang dari luar Balikpapan.
Meski begitu, sarana transportasi memang perlahan mulai dijauhi. Misalnya saja Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan. Yang mengalami penurunan penumpang sekitar 40 persen.
Ia mengungkapkan dalam kondisi normal penumpang bisa mencapai 7.000 orang sehari. Namun saat ini, penumpang hanya kurang lebih 1.200 orang. Melihat kondisi ini, dirinya berujar tanpa larangan mudik pun masyarakat tidak akan bepergian.
Ketika disinggung soal penutupan total bandara, Farid menyebut bahwa kemungkinannya sangat kecil. Kebijakan tersebut juga berada di tangan pemerintah pusat. Selain itu, adanya peristiwa emergency menjadi pertimbangan penutupan bandara secara menyeluruh.
“Kami hanya bisa terus mengimbau. Tetap terapkan social distancing, jangan bepergian dulu dari rumah. Jadi lebih ke pemahaman dari masyarakatnya dulu,” pungkasnya. (*/okt/ms/k15)