DUH..!! Ekspor CPO Diproyeksi Menyusut

- Rabu, 22 April 2020 | 11:47 WIB
Kinerja ekspor crude palm oil (CPO) Kaltim pada kuartal II 2020 diprediksi mengalami penurunan seiring permintaan dari negara-negara pengimpor yang berpeluang turun akibat kebijakan lockdown di negara masing-masing.
Kinerja ekspor crude palm oil (CPO) Kaltim pada kuartal II 2020 diprediksi mengalami penurunan seiring permintaan dari negara-negara pengimpor yang berpeluang turun akibat kebijakan lockdown di negara masing-masing.

SAMARINDA - Kinerja ekspor crude palm oil (CPO) Kaltim pada kuartal II 2020 diprediksi mengalami penurunan seiring permintaan dari negara-negara pengimpor yang berpeluang turun akibat kebijakan lockdown di negara masing-masing. Salah satunya India yang masih menerapkan lockdown untuk memutus penyebaran virus corona.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim mencatat, nilai ekspor Kaltim pada Februari lalu mencapai USD 1,23 miliar atau mengalami penurunan sebesar 0,85 persen dibandingkan ekspor Januari 2020. Secara kumulatif, nilai ekspor Kaltim periode Januari-Februari 2020 mencapai USD 2,48 miliar, atau turun 5,86 persen dibanding periode yang sama pada 2019.

Ketua Gabungan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammadsjah Djafar mengatakan, bila dampak Covid-19 belum dapat diatasi, maka ekspor kelapa sawit bisa menyusut pada 2020 ini. Tak hanya menurun secara bulanan, namun juga tahunan. “Sejauh ini kita memang belum bisa memproyeksi berapa persen penurunan ekspor CPO, sebab dampak Covid-19 di Kaltim baru sebulan,” jelasnya, Senin (20/4).

Saat ini, tambah Djafar, belum ada pembatalan pengiriman. Baru sebatas penundaan. Dan ini masih bisa diatasi. Tapi jika efek Covid-19 terus bergulir, bisa menjadi penyebab penurunan ekspor sawit di tahun ini. “Kita harus memiliki antisipasi dampak terburuk yang akan terjadi. Pelaku usaha harus siap dengan risiko terburuk nantinya,” tuturnya.

Salah satu solusi yang bisa dilakukan para pengusaha adalah mencari pasar lain. Contohnya, mengekspor ke negara lain seperti Afrika dan Timur Tengah. Jika tidak bisa membuka pasar baru, perlu adanya percepatan implementasi mandatori biodiesel dari B30 menjadi B40. “Harga CPO juga kami prediksi akan menurun juga,” pungkasnya.

Terpisah, Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menuturkan, saat ini operasional industri minyak sawit tetap berjalan normal sehingga dapat melakukan ekspor dan memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pasokan dalam negeri terutama adalah memenuhi kebutuhan minyak makan yang merupakan salah satu bahan pokok dan pemenuhan surfaktan sebagai bahan aktif pada sabun dan gliserin.

Dalam situasi ekonomi dunia yang melemah, sampai dengan Februari 2020, industri minyak sawit menyumbang devisa sebesar USD 3,5 miliar. Sehingga neraca perdagangan Indonesia 2020 surplus USD 1,9 miliar. Ini dihasilkan dari pendapatan ekspor non migas sebesar USD 4 miliar dan pengeluaran devisa untuk impor migas sebesar USD 2,1 miliar.

“Sesuai dengan SOP pengelolaan perkebunan kelapa sawit, kegiatan pokok dalam sistem produksi minyak sawit, baik di kebun maupun kegiatan di perumahan karyawan telah menerapkan Protokol Pencegahan Covid-19,” ujarnya.

Dibandingkan dengan Januari 2020, produksi sawit (CPO dan PKO) pada Februari turun 5,4 persen. Sementara pada periode yang sama ekspor produk sawit naik sekitar 140 ribu ton, demikian juga konsumsi dalam negeri naik sekitar 30 ribu ton. Kenaikan ekspor terjadi hanya pada produk turunan CPO sedangkan pada produk PKO dan oleokimia turun.

Secara year on year (yoy), terjadi penurunan ekspor yang cukup signifikan untuk Januari-Februari 2020 dibandingkan Januari-Februari 2019 yaitu sekitar 20 persen. Ekspor ke Tiongkok Januari-Februari 2020 adalah 500 ribu ton lebih rendah, ke Afrika 250 ribu ton, ke India 188 ribu ton lebih rendah dari ekspor Januari-Februari 2019.

Penurunan ekspor ke Tiongkok sangat mungkin disebabkan oleh outbreak Covid-19. Sementara penurunan di Afrika disebabkan oleh harga yang tinggi. Sedangkan penurunan di India diperkirakan karena adanya keraguan importir untuk membuat kontrak pembelian untuk pengiriman Februari karena adanya rencana penetapan kuota impor minyak olahan kelapa sawit oleh pemerintah India.

Adapun harga CPO KPB FOB Februari 2020 pada level USD 600 per ton, turun dari harga Januari di level USD 700 dengan stok akhir Februari 4.000 ribu ton; turun sekitar 500 ribu ton dari stok akhir Januari. Konsumsi dalam negeri Februari 2020 naik sekitar 50 ribu ton dari Januari. Kenaikan yang besar terjadi pada biodiesel sebanyak 70 ribu ton (12 persen) sedangkan untuk pangan turun 15 ribu ton.

Konsumsi dalam negeri 2-3 bulan menjelang Lebaran biasanya naik karena industri minyak goreng, margarin, biskuit dan lain-lain. “Kami mulai memproduksi ekstra untuk persiapan menghadapi puasa dan Lebaran. Berdasarkan stok yang tersedia di akhir Februari, pasokan minyak sawit untuk kebutuhan puasa dan Lebaran akan cukup,” pungkasnya. (ctr/ndu2/k18)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB
X