Kampung HBS, Kenangan Indah dan Janji yang Tak Terealisasi

- Kamis, 16 April 2020 | 10:29 WIB
HARAPAN: Meski kini tinggal kenangan, namun sepanjang tepian Sungai Mahakam ini tetap dikenang sebagai tempat yang begitu bersejarah bagi warga Kampung HBS. Oleh sebab itu, besar harapan mereka agar Pemda bisa mempercantik tempat masa kecil mereka.
HARAPAN: Meski kini tinggal kenangan, namun sepanjang tepian Sungai Mahakam ini tetap dikenang sebagai tempat yang begitu bersejarah bagi warga Kampung HBS. Oleh sebab itu, besar harapan mereka agar Pemda bisa mempercantik tempat masa kecil mereka.

TAK hanya dikenal piawai dalam berniaga, keturunan dari Kampung Handel Maatschappij Borneo Samarinda (HBS) memiliki banyak keahlian dalam bidang lainnya. Di antaranya, olahraga, dan kesenian. Dijelaskan Isriansyah, HBS memiliki perkumpulan musik yang begitu dikenal pada masanya dan dilatih oleh orang Filipina.

“Digawangi generasi kedua keturunan HBS. Kalau tidak salah nama grup musiknya Young Mohammedan (YM). Aktif mengisi beberapa hajatan, mulai dari pesta ulang tahun atau apapun acara yang dilaksanakan Belanda, pasti mengajak grup musik YM,” jelas pria yang juga salah satu keturunan keluarga kampung HBS dari ayahnya.

Eksistensi grup musik YM semakin naik daun tatkala dilanjutkan generasi ketiga. Bolak-balik masuk dapur rekaman, membuat YM dikenal dengan karya lagu-lagu Banjar serta beberapa lagu yang mengisahkan tentang Kampung HBS.

Lalu bidang olahraga, pada zaman itu, cabang olahraga sepak bola yang begitu terkenal. Hingga akhirnya Kampung HBS membuat perkumpulan sepak bola (PSB) yang mengutip dari nama kampung, PSB HBS. “Iya benar, dulu ada PSB HBS. Ramai dimainkan oleh anak laki-laki. Mainnya masih dengan telanjang kaki, karena dulu belum kenal sepatu bola,” ucapnya.

Bermain sepak bola waktu itu diramaikan dengan musik tiup, atau lebih akrab disebut dengan musik kuningan. Padahal, dilihat dari fungsinya awalnya, musik itu sering dipakai orang Tionghoa mengantar jenazah ke kuburan.

“Piawai dalam banyak hal, enggak sedikit warga Kampung HBS sukses di bidangnya. Ada H Aziz Samad, politikus, sekaligus pendiri Unmul dan Untag. H Siradj Salman, ulama kondang pada masanya, H Achmad Barack, H Oemar Barack, H Salman Said, dan masih banyak lagi,” jelasnya.

Lupa-lupa ingat, pria yang akrab disapa Iis itu mengaku tak sempat bermukim di Kampung HBS. Saat diwawancara pada Rabu (8/4), dirinya mengisahkan kepada awak Kaltim Post, jika sejak lahir dirinya sudah diboyong oleh orangtua ke rumah baru yang berada di kawasan Jalan Seruni, Samarinda.

“Saya tidak sempat tinggal di tempat itu. Walaupun saya lahir 1953 tetapi orangtua sudah dapat hunian di kawasan lain. Tapi, keluarga masih banyak di sana, jadi dulu masih sering ke Kampung HBS,” katanya.

Kekeluargaan para keturunan Kampung HBS begitu erat. Bahkan beberapa pihak menganggap bahwa orang Kampung HBS dikenal dengan sikapnya yang suka menolong sesama, diminta atau tidak diminta. Misal, jika ada warga satu kampung atau dari kampung lain mengadakan acara, warga Kampung HBS siap membantu mulai dari mengambil alih tugas menerima tamu dan menghidangkan makanan.

“Betul ikatan kekerabatan sampai sekarang masih terjaga. Walaupun kampungnya sudah tiada lagi, walaupun warganya sudah tersebar hingga pelosok negeri komunikasi tetap kami jaga. Jikalau ada kesempatan, pasti akan diadakan reuni keluarga sambil bernostalgia,” ungkap Iis.

Samarinda merupakan kawasan pendatang. Hingga pada saat itu, selain Kampung HBS berdiri kampung lainnya yang dikelompokkan sesuai suku. Terbanyak mendiami Kampung HBS, Pasar Pagi, kawasan pelabuhan dan Karang Mumus merupakan orang Banjar Kuala. Sedangkan di kampung lainnya, seperti Kampung Sei Dama, sebagian Karang Mumus, Karang Asam, Air Putih, Teluk Lerong, Sempaja, Solong, dan Sambutan dihuni oleh orang Hulu Sungai. Warga suku Bugis bermukim di Kampung Bugis, dan suku Jawa bermukim di Kampung Jawa. Namun uniknya, warga dari Kampung Bugis atau Kampung Jawa cenderung menggunakan Bahasa Banjar. Demikian juga Peranakan Cina, India, dan Arab yang sudah lama bermukim.

Kisah lain datang dari Muhammad Faisal, Kepala Dinas Perindustrian Samarinda. Merupakan keturunan H Salman Said. Dia pernah bermukim di Kampung HBS. “Saya tinggal di kampung HBS bersama orang tua H Hasan Basry dan Hj Djamanah serta kakek saya H Salman Said. Sejak saya lahir pada 1968 hingga menikah dan lahir anak pertama di sana juga,” jelasnya.

Satu hal yang begitu terkenang dalam ingatan Faisal adalah suasana kekeluargaan. Hingga beberapa pemandangan yang kini nyaris mustahil untuk disaksikan lagi. “Hampir setiap hari saling berkunjung. Setiap pagi hari atau sore hari masih ada ikan pesut yang kadang muncul ke permukaan. Lalu, berenang bersama-sama ke tengah Sungai Mahakam hanya untuk sayhello dengan kapal-kapal Jepang yang sedang berlabuh jangkar. Kemudian kami diberi satu-dua bungkus mi instan Jepang,” kenang Faisal.

Bagi Faisal, kenangan Kampung HBS di masanya memang sudah masa nyaman. Jalan Gajah Mada sudah beraspal lumayan bagus, parit dranaise sudah ada, hingga listrik dan air sudah aman. Faisal mengaku cukup beruntung sebagai generasi terakhir Kampung HBS yang berkesempatan merasakan tinggal di sana dengan lingkungan lebih baik. Hingga akhirnya dibongkar pemerintah daerah pada 90-an.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X