Roket Long March Meledak dan Hancur Berkeping-Keping, Satelit Palapa 2 Gagal Mengorbit

- Sabtu, 11 April 2020 | 23:21 WIB

JAKARTA– Satelit komunikasi Palapa N1 atau Nusantara 2 milik PT PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera (PSNS) jatuh dan terbakar setelah gagal mencapai orbit setelah meluncur dari Pusat Peluncuran Satelit Xichang, China kamis malam (9/4).

Peluncuran satelit rencananya akan diumumkan pada media pada Kamis malam sekitar pukul 20.00 WIB. Namun siaran langsung batal setelah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menerima laporan adanya anomali pada proses peluncuran satelit.

Sekitar pukul 21.00 WIB, Presiden Direktur PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera (PSNS) Johanes Indri Trijatmodjo mengatakan bahwa telah terjadi anomali ketika roket memasuki tahap pelepasan tingkat tiga sehingga satelit tidak bisa mencapai orbit yang ditetapkan. “Nusantara Dua telah dilindungi oleh asuransi yang sepenuhnya memberikan perlindungan atas risiko peluncuran dan operasional satelit.” Kata Johanes pada Kamis malam (10/4)      

Nusantara Dua meluncur pada Kamis sore sekitar pukul 19.46 waktu setempat atau Pukul 18.46 WIB. Direktur Utama PT. Pasifik Nusantara Satelit (PSN) Adi Rahman Adiwoso menuturkan, setelah lepas landas (liftoff), roket tahap pertama dan tahap kedua sukses dan beroperasi normal.

”Namun saat memasuki stage ketiga, satu dari dua roket tidak menyala sehingga tidak mencapai kecepatan khusus yang dibutuhkan untuk mencapai orbit,” jelasnya.

Ketinggian maksimal yang dicapai oleh roket Long March (LM) 3B yang membawa satelit Nusantara Dua adalah sekitar 170 ribu kilometer dengan kecepatan 7,1 meter per detik. “Satelit jatuh ke laut dan tidak bisa diselamatkan,” jelas Adi.

Satelit Nusantara Dua sejatinya akan menggantikan posisi Satelit Palapa D yang kini tengah mengorbit pada lintasan 113 derajat bujur timur. Satelit Palapa D kini memasuki waktu uzur dan rencananya akan ditarik dari orbit

Satelit Palapa D yang diluncurkan pada tahun 2009 juga dibawa oleh roket dengan jenis serupa yakni LM 3B. Peluncuran juga mengalami masalah roket pada tahap ketiga sehingga satelit melenceng dari orbit yang direncanakan.  

Chief Business Officer (CBO) PT. Indosat Ooredoo Bayu Hanantasena mengungkapkan pihaknya akan menyiapkan berbagai langkah penanganan untuk memastikan agar layanan tetap prima. Saat ini kata Bayu satelit lama yakni Palapa D masih beroperasi secara penuh dan 100 persen. “Sampai sekarang boleh dikatakan belum ada dampak apapun pada pelayanan,” jelas Bayu.Bayu mengungkapkan, Indosat juga akan mengambil langkah business continuty plan dengan mencari satelit pengganti.

Sementara itu Dirjen Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kominfo Ismail akan melaporkan insiden ini pada International Telecommunication Union (ITU). Pemerintah akan meminta keringanan dan perpanjangan waktu agar indonesia tidak kehilangan hak penggunaan slot orbit pada posisi 113 derajat bujur timur. “Segera setelah kami mendapat laporan lengkap dari operator (PT. Indosat,Red) kami akan mengirimkan laporan ke ITU bahwa ini adalah kejadian force majeure” jelasnya.

 

Sementara itu Kepala Lembaga Penerbangan  dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin menjelaskan roket Long March adalah serial roket milik Tiongkok. Untuk peluncuran satelit-satelit di Tiongkok memang menggunakan roket itu. Namun tetap disesuaikan dengan tipe, jenis, orbit, serta bobot satelit yang dibawanya.

Menurut dia tingkat keberhasilan roket Long March sebenarnya tergolong cukup bagus. ’’Ya, kemungkinan kegagalan selalu ada,’’ tuturnya. Menurut catatannya roket Long March 3B sukses menjalankan 63 kali misi peluncuran satelit. Roket ini juga ada catatan empat kali gagal diantaranya satelit Palapa D dan Palapa Nusantara 2 (N2).

Dia menegaskan peran Lapan dalam pembuatan satelit Palapa 2 hanya pada fase akhir saja. "Yaitu membuat surat konfirmasi bahwa objek antariksa itu milik Indonesia," katanya kemarin.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X