TAIPEI – PBB memang berhasil merayu agar pihak yang berkonflik berdamai pada masa pandemi Covid-19. Namun, organisasi tersebut tak bisa mencegah konflik yang dialami WHO. Lembaga kesehatan PBB itu, terutama sang kepala, sedang cekcok dengan beberapa pihak.
Salah satu pihak yang sedang berselisih dengan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus adalah pemerintah Taiwan. Dalam konferensi pers di Brussels Rabu lalu (8/4), Tedros menyebut pemerintah Taiwan sebagai pihak yang berusaha menjatuhkan kredibilitasnya dan WHO selama masa pandemi. Dia menjelaskan bahwa banyak kritik dan ancaman dari Taiwan yang mengandung kata-kata rasisme.
’’Di saat banyak ejekan dan umpatan, pemerintah Taiwan tak mengutuk tindakan warganya. Mereka malah ikut mengkritik (WHO, Red),’’ ungkapnya kepada Associated Press.
Klaim tersebut tampaknya membuat Taiwan geram. Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan bahwa pernyataan dari pemimpin pertama WHO yang berasal dari Afrika itu adalah fitnah. Mereka meminta agar WHO segera menganulir pernyataan yang tidak bertanggung jawab tersebut.
’’Jika Dirjen Tedros bisa melawan tekanan Tiongkok dan melihat Taiwan sendiri, dia akan tahu bahwa kamilah korban diskriminasi yang sebenarnya,’’ ungkap Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dalam akun Facebook-nya.
Tedros memang menuai banyak kritik mengenai penanganan terhadap persebaran Covid-19. Menurut kabar, mantan menteri kesehatan dan luar negeri Etiopia itu bisa terpilih karena dukungan Tiongkok. Tedros juga terus memuji kinerja pemerintah Xi Jinping dalam penanganan virus SARS-CoV-2.
Padahal, Tiongkok sempat menutup-nutupi kasus di awal tahun. PBB juga mendukung klaim Tiongkok bahwa virus tersebut tak menyebar kepada sesama manusia. Hal itu pada akhirnya membuat banyak negara merasa WHO terlalu berpihak kepada Tiongkok.
Salah satu negara yang punya pemikiran tersebut adalah AS. Trump baru saja mengancam bakal menarik dana yang biasa disalurkan ke WHO. Dia mengatakan bahwa WHO merugikan banyak pihak dengan menyepelekan dampak Covid-19 pada awal persebaran. Namun, Tedros menampik tuduhan tersebut. Dia mengatakan bahwa WHO bertindak sesuai tugas dan kewenangan yang diberikan. Dia pun meminta agar Trump tidak memolitisasi situasi saat ini.
’’Jika Anda ingin mengeksploitasi isu ini dan melihat lebih banyak jenazah, silakan saja. Saat ini, kesatuan negara Anda merupakan hal yang terpenting untuk mengalahkan virus ini,’’ ungkap Tedros.
Beberapa pakar kesehatan memang menyayangkan kritik Trump terhadap WHO. Pasalnya, lembaga PBB itu memang tak punya kewenangan yang cukup untuk memaksakan keputusan kepada semua negara. Beberapa menganggap pujian terhadap Tiongkok harus dilakukan agar mereka diizinkan mengakses data di sana. (bil/c6/dos)