Rupiah Tinggalkan Level Rp 16 Ribu per USD

- Jumat, 10 April 2020 | 12:51 WIB
ilustrasi
ilustrasi

JAKARTA- Sempat terpuruk akibat pandemi virus korona (Covid-19), nilai tukar rupiah perlahan tapi pasti meninggalkan level Rp 16 ribu. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, mata uang garuda bergerak stabil dan cenderung menguat. Kemarin, rupiah diperdagangkan Rp 15.930 per USD.

 “Nilai tukar rupiah menguat sesuai dengan mekanisme pasar yang dinamis. Tidak terlepas dari peran pelaku pasar dan eksportir yang ikut menjaga stabilitas rupiah di pasar,” ucap Perry dalam video conference. Perry menuturkan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi penguatan rupiah. Secara fundamental masih undervalue. Artinya, rupiah diperdagangkan lebih rendah daripada seharusnya. Sehingga, akan cenderung menguat terhadap USD.

Kemudian, keyakinan pasar akan langkah kebijakan mitigasi Covid-19 oleh BI bersama pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Baik dari sisi fiskal, moneter, maupun kredit.

Alumnus Iowa State University, Amerika Serikat tersebut menilai, kondisi risiko global berangsur-angsur membaik. Pasar melihat tingkat kenaikan kasus Covid-19 berangsur-angsur menurun. Mengingat, berbagai negara membuat langkah-langkah preventif untuk menekan penyebaran virus asal Wuhan tersebut.

“Termasuk Indonesia. Penerapan pembatasan sosial skala besar (PSBB) yang diterapkan DKI Jakarta mulai 10 April (hari ini, Red) diperkirakan akan dapat menekan penyebaran Covid-19,” kata Perry optimis.

Menguatnya rupiah, praktis mengurangi kebutuhan BI untuk melakukan stabilisasi nilai tukar. Makanya, Perry optimis cadangan devisa Indonesia akan meningkat akhir April nanti. Yakni, berkisar 125 miliar USD dari 121 miliar USD dari catatan akhir Maret lalu.

Bertambahnya jumlah cadang devisa juga karena penerbitan global bond senilai 4,3 miliar dolar AS oleh Kementerian Keuangan. “Jumlah cadangan devisa lebih dari cukup untuk pembiayaan impor, pembayaran utang luar negeri pemerintah, dan untuk melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah,” jelas pria asal Sukoharjo itu.

Selain itu, BI juga menyampaikan, harga bahan pokok masih terkendali. Berdasarkan survei pemantauan harga hingga pekan kedua April, inflasi diprediksi 0,2 persen month to month (mom). Sedangkan, inflasi tahunan sebesar 2,8 persen. Perry yakin inflasi terkendali karena pasokan bahan pokok terus tersedia. Kemudian, tingkat pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari kemampuan kapasitas produksi nasional. “Sehingga kita mengalami yang biasa disebut kesenjangan output yang negatif. Artinya, tekanan-tekanan inflasi dari sisi permintaan itu terkendali,” terangnya.

Orang nomor satu di BI itu menegaskan, pelemahan rupiah saat ini tidak terlalu berpengaruh pada harga bahan pokok. Artinya, ketika rupiah lemah tidak lantas membuat harga bahan pokok ikut naik tinggi. (han)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB

Desa Wisata Pela Semakin Dikenal

Selasa, 16 April 2024 | 11:50 WIB

Pekerjaan Rumah Gubernur Kaltim

Selasa, 16 April 2024 | 09:51 WIB

Usulkan Budi Daya Madu Kelulut dan Tata Boga

Selasa, 16 April 2024 | 09:02 WIB
X