Bagaimana Jika Wabah Korona "Menyerang" di Tengah Wilayah Konflik Bersenjata?

- Jumat, 10 April 2020 | 11:19 WIB
Pemberontak Houthi di Yaman.
Pemberontak Houthi di Yaman.

Pandemi Covid-19 sampai di negara-negara konflik. Keterbatasan infrastruktur dan finansial menjadi masalah yang sulit dihadapi. Semangat berjuang tetap ada. Meski, mereka diimpit dua peperangan. Melawan virus dan melawan sesama manusia.

 

GENCATAN senjata dua pekan. Kabar yang datang dari pasukan koalisi Arab Saudi itu menjadi angin segar bagi warga Yaman. Setidaknya, selama 14 hari mendatang tidak ada lagi serangan yang membombardir lingkungan mereka.

’’Pasukan koalisi memutuskan untuk mendukung upaya memerangi persebaran pandemi Covid-19,’’ ujar Al Maliki, juru bicara pasukan koalisi Turki, Rabu (8/4) seperti dikutip Agence France-Presse.

Utusan khusus PBB untuk Yaman Martin Griffiths menyambut baik keputusan tersebut. Gencatan senjata itu mulai berlaku Kamis (9/4). Sejak pertengahan Maret lalu PBB meminta adanya gencatan senjata di Yaman. Mereka ingin penduduk dan pemerintah di wilayah tersebut bersiap menghadapi serangan musuh yang tak terlihat, virus Covid-19.

Meski belum mendapatkan jawaban dari pasukan Houthi, gencatan senjata sementara ini bisa menjadi pembuka jalan untuk perdamaian di Yaman. Konferensi perdamaian Yaman yang disponsori PBB masih berjalan. Keputusan terbaru pasukan koalisi itu diharapkan bisa menciptakan situasi yang kondusif. Tidak tertutup kemungkinan gencatan senjata tersebut bakal diperpanjang.

Maliki menegaskan bahwa pasukan koalisi benar-benar berkomitmen terhadap gencatan senjata kali ini. Kali terakhir mereka melakukannya di kota pelabuhan Hudaidah pada 2018. Keputusan kini ada di tangan Houthi. Sebab, jika mereka terus menyerang, Maliki dengan tegas menyatakan akan melindungi rakyatnya.

Menteri Pertahanan Arab Saudi Pangeran Khalid bin Salman meminta pemberontak Houthi menunjukkan iktikad baik. Salah satunya dengan serius melakukan dialog untuk perdamaian.

Sejauh ini belum ada laporan penularan Covid-19 di Yaman. Namun, jika sampai ada, negara tersebut bisa lumpuh. Sebab, sistem kesehatannya tidak memadai sejak konflik pecah 2015. Banyak rumah sakit yang hancur.

Nasib yang lebih mengenaskan terjadi di Syria. Di Damaskus, alat pelindung diri (APD) untuk petugas kesehatan sangat sulit didapatkan. Mereka memakai masker biasa yang dibuat penjahit lokal. ’’Posisi dokter saat ini sama saja dengan masyarakat umum, kami tidak punya apa pun untuk dipakai,’’ ujar Zainab, nama samaran salah seorang dokter di Damaskus.

Ibu kota Syria itu dikuasai pemerintahan Bashar al Assad. Situasi wilayah yang dikuasai oposisi jauh lebih buruk. Tidak ada obat-obatan, ruang perawatan intensif, dan dokter yang memadai. Masker, obat, dan alat bantu napas adalah barang mewah. Padahal, itu merupakan alat pertahanan melawan virus korona baru tersebut.

Sama seperti berbagai belahan dunia lainnya, kegiatan belajar-mengajar di Syria juga dilakukan dari rumah. Danielle Dbeis, guru geografi di Idlib, tetap menunaikan tugasnya. Dia mengajar via panggilan telekonferensi.

’’Meski kita kini melakukan pembelajaran jarak jauh, kalian tetap bisa berbicara kepada saya secara online,’’ ujar guru 42 tahun itu sambil menghadap ke telepon genggamnya yang menyala.

Dia mengungkapkan bahwa dulu ada sekitar seribu anak perempuan yang belajar di sekolahnya. Sekolah tersebut akhirnya ditutup bulan lalu. Hingga saat ini, yang mengikuti pembelajaran online hanya 650 siswa. Bukan karena tidak mau, tapi siswanya tidak memiliki akses ke telepon genggam dan laptop.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X