TENGGARONG – Warga Kukar dua hari lalu sempat dihebohkan mengenai kabar seorang pasien meninggal di RSUD AM Parikesit Tenggarong Seberang. Hal itu menjadi perbincangan hangat di media sosial (medsos).
Tak sedikit yang menduga pasien tersebut meninggal dunia akibat virus corona. Melalui video konferensi, Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kukar Martina Yulianti meluruskan berbagai berita yang dinilai simpang siur di medsos.
Ia membenarkan ada seorang pasien meninggal dunia. Kondisi sejak awal ke RS AM Parikesit pada Minggu (5/4) sudah lemas. Pasien perempuan itu memiliki riwayat penyakit hepatitis B. “Sempat dirawat di ruang semi-isolasi dan memang ada perburukan paru melalui hasil rontgen,” ucapnya.
Sempat dilakukan rapid test terhadap perempuan berusia 39 tahun itu pada Selasa pagi dengan hasil positif. Kemudian dilakukan pengambilan swab untuk dikirim ke provinsi.
Sebagai catatan, rapid test adalah metode skrining awal untuk mendeteksi antibody yang diproduksi tubuh untuk melawan virus. Rapid test hanyalah pemeriksaan skrining atau pemeriksaan penyaring.
Meski hasil rapid test pasien positif, seorang yang hasil rapid test-nya positif perlu melakukan metode swab, yakni pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) yang bisa mendeteksi langsung keberadaan virus corona.
“Hasil akhir pemeriksaan ini yang akan benar-benar memperlihatkan adanya virus corona,” tandasnya. Jadi, lanjut dia, pihaknya belum bisa menyatakan konfirmasi positif corona, statusnya positif untuk rapid test. Untuk diketahui, rapid test untuk menilai antibodi jadi reaksi tubuh adanya virus, bisa covid bisa juga virus lain,” jelas Martina.
Ia menyebutkan, pasien yang meninggal itu tidak ada kontak ataupun riwayat bepergian ke daerah terjangkit. Bahkan, korban tinggal seorang diri di rumahnya.
Namun, sebagai langkah antisipasi, penanganan tetap dilakukan sesuai protokol penanganan Covid-19. Hingga berita ini diturunkan, proses pemakaman sedang berlangsung di Km 27 poros Tenggarong-Kota Bangun.
Sementara itu, Sekkab Kukar Sunggono meminta masyarakat tidak panik. Ia menyebut, proses pemakaman dengan protokol Covid-19 ini juga berkat dukungan dari keluarga yang dianggap kooperatif.
Selain itu, langkah ini diambil untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 bila benar perempuan tersebut mengidap Covid-19. (put/qi/kri/k16)