Camat Sangatta Utara Muhammad Basuni memanggil seluruh takmir masjid ke kantornya. Dia meminta seluruh pengurus tempat ibadah untuk tidak melaksanakan salat berjamaah sementara waktu.
SANGATTA–Hal itu sesuai dengan surat edaran bupati yang bertujuan memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Hingga saat ini, meski telah diberikan imbauan berkali-kali, ternyata masih banyak masjid yang melakukan salat berjamaah. Padahal, kondisi saat ini dirasa sangat berbahaya. Penularan virus sangat rentan, sehingga pertemuan yang mengumpulkan orang banyak harus dihentikan.
"Di Sangatta Utara diketahui masih ada delapan masjid yang melaksanakan salat berjamaah, apalagi Jumatan. Kami undang pengurus masjid supaya menaati imbauan untuk kepentingan bersama," katanya, (6/4).
Kata Basuni, dari 18 kecamatan di Kutim, hanya Sangatta Utara yang masih melalaikan imbauan dan sedikit banyaknya melakukan salat berjamaah. Kegiatan itu tidak diperkenankan lagi mulai pekan mendatang. "Tadi saya tanya ke mereka, meminta kesepakatan mulai pekan depan tidak ada lagi salat Jumat. Kalau masih dilaksanakan akan kami pertegas, hal itu kami evaluasi terus," tandasnya.
Dalam kesempatan tersebut, tidak semua pengurus masjid menerima. Muhtadi, salah satu imam masjid di Sangatta Utara, merasa keberatan dengan beberapa keputusan yang dianggap tidak adil. Sebab, ketimpangan antar-pegawai perusahaan masih terjadi di Kutim. "Harusnya kalau kami dilarang salat di masjid, karyawan perusahaan juga jangan bergerombol," pintanya.
Menurut pantauannya, sejauh ini bus perusahaan masih menjemput karyawan pagi dan sore, tidak ada perubahan signifikan. Kata dia, ribuan karyawan yang menetap di Kutim bisa berdampak menularkan ke warga lain. "Saya rasa kalau daerahnya masih zona hijau, masih bolehlah salat jamaah. Masa karyawan yang tunggu bus dengan jarak duduk dekat diizinkan," keluhnya.
Meski di dalam bus telah diatur jarak antara satu pegawai dan lainnya, hanya hal itu dianggap kurang efektif. Terlebih kursi bus masih tergolong dekat, dan dipakai bergantian. "Duduknya dibuat berjauhan, tapi besi pegangan cuma satu, ya itu sudah bisa jadi penyebab penularan, apalagi mereka bekerja 12 jam. Kami ke masjid bersih, cuma sebentar, masa dilarang," ungkapnya lagi.
Menepis hal itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Diskes) Kutim M Yusuf menyampaikan, penularan Covid-19 tergolong cepat dan tidak terlihat. Dia mengakui sulitnya melakukan pemantauan menjadi kendala, sehingga meniadakan salat berjamaah sementara waktu merupakan salah satu solusi konkret memutus penyebaran.
"Kami memang mendata orang yang habis dari luar kota. Tapi kami sulit memantau aktivitas semua orang. Saya tidak yakin saat meminta orang untuk karantina diri," bebernya.
Sebab, orang-orang dalam pemantauan tidak terjamin kepatuhan untuk berdiam diri. Dia meminta seluruh pengurus masjid mampu memahami kondisi dan memberi imbauan pada jamaah. "Kami tidak tahu, bisa saja imun dia kuat, tetapi malah menularkan orang lain yang ada di masjid," terang Yusuf.
Kapolsek Sangatta Iptu Slamet Riyadi meminta seluruh imam masjid bisa lebih taat aturan, terlebih pihaknya telah melakukan persuasif. Menurut dia, sejauh ini hanya Kecamatan Sangatta Selatan yang mengindahkan permintaan itu. (*/la/dra/k8)