Sebelum Meninggal, dr Ketty Pernah Merawat Menhub

- Senin, 6 April 2020 | 15:03 WIB

HINGGA Minggu (5/4), Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyatakan ada 18 dokter yang meninggal karena positif coronavirus disease 2019 (Covid-19). Tenaga medis memang dianggap rentan tertular lantaran bertemu langsung dengan pasien. Karena itu, PB IDI menuntut bukan hanya tenaga medis yang merawat pasien yang diberi alat pelindung diri (APD) lengkap. Melainkan juga semua tenaga medis.

Melalui akun media sosialnya, PB IDI kemarin mengumumkan ada dua dokter yang meninggal. Menurut Humas PB IDI dr Abdul Halik Malik, dari 18 dokter yang meninggal, ada satu dokter yang juga merawat Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya sebelum dibawa ke RSPAD, Jakarta. Dokter tersebut adalah dr Ketty Herawati Sultana. ’’Dokter Ketty relatif senior,’’ tuturnya.

Gugurnya tenaga medis, menurut Ketua Satgas Covid-19 PB IDI dr Zubairi Djoerban SpPD, merupakan risiko profesi. Bahkan bagi dokter yang tidak menangani pasien Covid-19. ’’Sebagian bukan yang menangani langsung,’’ ucapnya. Bisa saja pasien datang untuk memeriksakan keluhan lain. Bisa juga keluarga pasien yang mengantarkan ternyata carrier atau pembawa virus. Pada second wave atau gelombang kedua diketahui, penderita Covid-19 tidak selalu bergejala. Bahkan, beberapa orang tertentu sehat meski di dalam tubuhnya terdapat SARS-CoV-2, virus Covid-19.

’’Dulu orang sehat tidak perlu pakai masker, sekarang perlu. Dulu dokter hanya memakai masker, sekarang harus lebih,’’ jelasnya mengenai perkembangan Covid-19. Zubairi menambahkan, bukan hanya dokter yang menangani Covid-19 secara langsung yang memerlukan APD lengkap. Baju hazmat, kacamata google, sarung tangan, dan masker juga perlu dikenakan dokter yang bertemu dengan pasien pada umumnya. Sebab, tidak diketahui apakah pasien yang ditemui carrier Covid-19 atau bukan.

Selain itu, dibutuhkan waktu untuk mengetahui hasil tes Covid-19 dengan swab. Zubairi pernah menangani pasien dengan gejala Covid-19 dan hasilnya diterima setelah tujuh hari. Selama itu pula dia mencari rumah sakit rujukan. Sebab, rumah sakit tempatnya praktik tidak memiliki kapabilitas merawat pasien dalam pengawasan (PDP). Sayang, rumah sakit rujukan penuh.

Permasalahan rumah sakit dan hasil yang lama itu membuat dokter di luar rumah sakit rujukan harus bersiap-siap. ’’Sekarang ini hampir seluruh rumah sakit di Jakarta dan sekitarnya pernah merawat PDP,’’ ucapnya. Melihat hal itu, pemerintah harus mendistribusikan APD ke seluruh rumah sakit. Bahkan, tingkat puskesmas dan klinik pun perlu.

Sementara itu, sebelumnya Kepala Pusat Krisis Kementerian Kesehatan Budi Sylvana menyatakan, ada 5 juta APD yang disiapkan pemerintah. Jumlah itu cukup untuk persediaan selama tiga hingga empat bulan ke depan. (lyn/c19/oni)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X