Kata IMF, Dampak Ekonomi Corona Lebih Berat Dibanding 2008

- Senin, 6 April 2020 | 14:54 WIB
Rupiah terhadap dolar pernah menyentuh angka Rp 16 ribu per 1 dolar.
Rupiah terhadap dolar pernah menyentuh angka Rp 16 ribu per 1 dolar.

JAKARTA – Dampak ekonomi dari Covid-19 terus diwaspadai. International Monetary Fund (IMF) bahkan menyebut dampak ekonomi pandemi itu jauh lebih buruk dibandingkan krisis keuangan global pada 2008 lalu.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyebut kondisi saat ini sebagai era paling gelap bagi umat manusia. Virus corona disebut menjadi ancaman besar bagi seluruh dunia karena ada dua krisis yang harus dihadapi sekaligus yakni krisis kesehatan dan krisis ekonomi. ‘’Tidak pernah dalam sejarah IMF kita menyaksikan ekonomi dunia terhenti,’’ ujarnya dalam konferensi virtual di Jenewa, Swiss, akhir pekan waktu setempat.

Georgieva menuturkan, upaya penyelamatan nyawa harus terus berjalan. Untuk membantu negara-negara dalam menghadapi dampak yang ditimbulkan, IMF bahkan telah mengalokasikan anggaran hingga USD 1 triliun.

Dana itu akan digelontorkan karena hampir USD 90 miliar telah keluar dari pasar negara berkembang untuk menangani pandemi corona. Hal itu melebihi dari skala yang terlihat selama krisis keuangan global 2008.

Dia menyebut, sejauh ini, sudah ada lebih dari 90 negara telah mengajukan permintaan kepada IMF untuk pembiayaan darurat. Hal itu tentu beralasan, sebab, lanjut Georgieva, krisis kali ini membuat adanya gelombang kebangkrutan perusahaan yang berujung pada PHK.

IMF juga bekerja sama dengan World Bank dan lembaga keuangan internasional lainnya untuk mengurangi dampak ekonomi dari Covid-19. Bank-bank sentral negara-negara maju juga didorong untuk membantu negara berkembang.

‘’Perhatian utama kami dalam krisis ini adalah meningkatkan pembiayaan dengan cepat untuk negara-negara, terutama pasar negara berkembang. Negara-negara berkembang yang dihadapkan dengan kebutuhan yang besar dan terus meningkat,’’ katanya.

Dia melanjutkan, negara-negara yang memanfaatkan pembiayaan itu diharapkan bisa memanfaatkan dana itu untuk alokasi pembayaran jasa dokter, perawat, dan petugas kesehatan lainnya.

Menurut dia, di negara-negara berkembang cenderung memiliki lebih sedikit sumber daya untuk melindungi diri dampak ekonomi akibat corona. Sistem kesehatan mereka juga lemah.

‘’Sama seperti ketika virus menyerang orang-orang rentan yang memiliki prasyarat medis yang paling memprihatinkan, krisis ekonomi paling keras menghantam ekonomi yang rentan,’’ katanya.

Namun, Georgieva memuji langkah pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dalam menangani pandemi Covid-19. Dia mengapresiasi koordinasi amat baik yang dilakukan Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan dalam menanggulangi dampak ekonomi di RI akibat corona.

Kebijakan yang diambil disebut tidak hanya berdampak nyata di lapangan, namun juga sekaligus memberi perlindungan pada usaha kecil dan menengah. ‘’Kami melihat Indonesia mengambil kebijakan signifikan dan tepat sasaran untuk mendukung perekonomian,’’ imbuhnya.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam kesempatan yang sama juga memperingatkan bahwa negara-negara yang mencabut kebijakan karantina akan berdampak pada risiko ekonomi yang berkepanjangan.

‘’Kita semua sadar akan konsekuensi sosial dan ekonomi dari pandemi ini. Pada akhirnya cara terbaik bagi negara untuk mengakhiri pembatasan dan mengurangi dampak ekonomi mereka adalah dengan menyerang virus,’’ katanya. (dee)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X