Sudah hampir menginjak setahun lamanya ia menjadi pelatih skuat junior bola tangan Samarinda. Disuguhkan kondisi yang kurang mendukung, ia mengaku cukup kewalahan menjaga dan mengontrol latihan anak asuhnya. "Program latihannya sama saja seperti atlet PON. Hanya, tidak begitu berat," ujar atlet putri yang akan tampil di Papua tahun ini.
Oleh sebab itu, sistem berlatih jarak jauh via WhatsApp ia terapkan. Sama halnya latihan yang ia lakukan untuuk manggung di Bumi Cendrawasih. Pasalnya, ia memiliki kewajiban untuk membina atlet-atlet tersebut.
"Susah banget latihan via video ini. Enggak semua atlet punya HP dan kuota yang dibutuhkan untuk setiap hari mengirim video latihan," bebernya.Bahkan, ia cukup ketat mengawasi anak asuhnya. Mulai melihat semua status sosial media para atlet junior hingga mengontak langsung satu demi satu. "Biar ketahuan mereka ngapain saja. Saya juga gak mengizinkan notifikasi HP mereka di mute (diam)," ujarnya.
Selain menjadi atlet dan pelatih, Gadis masih perlu menyelesaikan tugas akhirnya. Mahasiswi semester delapan Fakultas Pendidikan Penjas di Universitas Mulawarman tersebut cukup kewalahan mengatur kelas daring, skripsi, dan jadwal latihan.
"Untungnya dengan kondisi ini, saya gak perlu ambil waktu banyak untuk keliling mendatangi tempat karena di rumah saja. Tapi, memang harus lebih mengatur diri dan fokus dengan jadwal. Terlebih orangtua sangat mendukung dan selalu mengingatkan saya," ungkapnya. (*/yui/don/k16)
Nama: Gadis Risma Septiananda
Panggilan: Gadis
Atlet dari pengcab: ABTI Samarinda
TTL: Samarinda, 29 September 1997
Hobby: Nonton film & drakor, baca komik/webtoon /novel
Makanan kesukaan: Sambal goreng pete