Psikosomatik, Dikira Gejala Corona Padahal Cemas

- Senin, 6 April 2020 | 12:13 WIB
PSIKOSOMATIK: Dijelaskan psikolog Elda Trisalia Putri, gangguan psikosomatik berasal dari atau diperburuk oleh masalah psikologi seperti stres, depresi atau cemas berlebih. Kemudian bermanifestasi dalam tubuh sebagai rasa sakit fisik dan gejala lainnya.
PSIKOSOMATIK: Dijelaskan psikolog Elda Trisalia Putri, gangguan psikosomatik berasal dari atau diperburuk oleh masalah psikologi seperti stres, depresi atau cemas berlebih. Kemudian bermanifestasi dalam tubuh sebagai rasa sakit fisik dan gejala lainnya.

Maraknya pemberitaan tentang virus corona atau Covid-19 yang beredar membuat banyak pihak khawatir. Cemas dan panik menjadi salah satu penderita. Terlalu khawatir sampai tak bisa berpikir jernih. Alih-alih mencegah penularan virus tersebut, malah bisa berdampak pada keluhan fisik atau psikosomatik.

 

SEBELUM membahas detail mengenai dampak berita pandemi menjadi psikosomatik, psikolog Elda Trialisa Putri menjelaskan bahwa hal itu merupakan keluhan dan gangguan yang menyerang fisik karena pikiran yang begitu tertekan.

“Keluhan fisik yang disebabkan masalah psikologis biasanya dipicu oleh kondisi stres berat. Dari bahasa Yunani psiko itu pikiran dan soma artinya tubuh. Jadi, bisa diartikan sebagai keterkaitan antara pikiran dan tubuh kita,” tuturnya.

Dipicu dari emosi yang kurang dikelola. Walhasil, ketika merasa cemas berlebih gejala fisik meningkat akibat dari aktivitas impuls saraf yang dikirim dari otak ke berbagai bagian tubuh. Ada pula pelepasan adrenalin ke dalam aliran darah.

“Penyebab utama adalah onset (serbuan) dari peristiwa tidak menyenangkan yang dialami individu yang biasanya ditolak dan malah tidak diakui oleh individu tersebut,” tambahnya. Tak mengenal usia, setiap orang memiliki risiko jika tak dapat mengelola emosi dengan baik. Bahkan, kebanyakan diderita oleh usia muda yang belum bisa mengontrol emosi dan diperparah dengan kondisi pikiran stres.

“Siapa saja bisa mengalami kondisi ini. Dari jurnal yang saya baca, anak yang berusia 10 juga pernah mengalami kondisi seperti ini dengan gejala yang muncul adalah nyeri di dada. Gejala psikosomatik juga kerap muncul di beberapa orang yang sudah lanjut usia,” jelasnya.

Menjadi salah satu kasus yang tak mengenal usia membuat Anda harus lebih mawas menyikapi dan mengelola emosi. Sementara untuk gejala yang ditimbulkan dari psikosomatik cukup beragam, setiap orang bisa memperlihatkan tanda berbeda-beda.

Mulai denyut jantung berdebar tak karuan, mual, tremor, sakit dada, sakit kepala, kesulitan mengatur napas, hingga keringat berlebih dan bibir kering. Hal itu disebabkan oleh peningkatan aktivitas impuls saraf dan pelepasan epinefrina atau adrenalin.

“Ada juga keluhan fisik yang berulang dan sering berubah-ubah disertai permintaan pemeriksaan medis. Biasanya gejala yang sering muncul adalah gastrointestinal (flu perut), gangguan kulit ataupun haid tapi bisa juga muncul gejala lain,” ujarnya.

Elda menambahkan, kebanyakan tidak dapat dibuktikan secara medis mengenai kelainan atau suatu penyakit fisik yang dialami. Hingga akhirnya, ada perilaku mencari perhatian di mana si pasien merasa kesal karena tidak berhasil membujuk dokter untuk memberikan pemeriksaan lebih lanjut.

“Pemberitaan tentang corona dikhawatirkan dapat memberikan dampak cukup serius bagi penderita psikosomatik. Jumlah masyarakat yang terpapar virus kian bertambah memberikan efek yang pastinya enggak baik bagi pasien yang masih sulit mengatur emosi,” ungkapnya.

Ketika mengalami kondisi emosional yang kurang baik dan terlalu banyak mengonsumsi pemberitaan terkait pandemi global saat ini, pikiran akan dipenuhi kecemasan serta ketakutan berlebihan. Secara tidak langsung, pikiran dan otak akan mengirimkan “sinyal” yang salah ke tubuh.  Dengan demikian, cukup banyak orang yang menafsirkan sinyal salah tersebut sebagai tanda-tanda gejala terkena corona. (*/nul/rdm2/k16)


Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Desak MK Tak Hanya Fokus pada Hasil Pemilu

Jumat, 29 Maret 2024 | 10:36 WIB

Ibu Melahirkan Bisa Cuti hingga Enam Bulan

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:30 WIB

Layani Mudik Gratis, TNI-AL Kerahkan Kapal Perang

Selasa, 26 Maret 2024 | 09:17 WIB

IKN Belum Dibekali Gedung BMKG

Senin, 25 Maret 2024 | 19:00 WIB

76 Persen CJH Masuk Kategori Risiko Tinggi

Senin, 25 Maret 2024 | 12:10 WIB

Kemenag: Visa Nonhaji Berisiko Ditolak

Sabtu, 23 Maret 2024 | 13:50 WIB
X