DUBAI – Rencana pertemuan negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dan Rusia pekan depan berantakan. Sebab, pertikaian Rusia dan Arab Saudi kian panas. Keduanya saling tuding terkait siapa yang harus disalahkan atas jatuhnya harga minyak dunia.
Bahkan tekanan Donald Trump tak mampu meredakan ketegangan. Sejatinya, pertemuan itu dibuat untuk membahas rencana menstabilkan pasar minyak global.
OPEC sedang membatasi produksi minyak yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pembatasan sekitar 10 persen dari pasokan dunia, atau 10 juta barel per hari.
Harga minyak mencapai titik terendah dalam 18 tahun pada 30 Maret lalu. Disebabkan penurunan permintaan karena lockdown oleh sejumlah negara yang sedang mengatasi pandemi Covid-19.
Amerika Serikat belum membuat komitmen untuk bergabung dengan upaya pembatasan produksi tersebut. Jadi, Presiden Rusia Vladimir Putin, Jumat lalu, menyalahkan Arab Saudi atas jatuhnya harga minyak. Hal itu memicu respons dari Saudi.
Putin, pada sesi konferensi video dengan pejabat pemerintah dan kepala produsen minyak utama Rusia pada Jumat lalu, mengatakan bahwa alasan pertama penurunan harga adalah dampak virus corona yang membuat turunnya permintaan.
"Alasan kedua di balik jatuhnya harga adalah penarikan mitra kami dari Arab Saudi,” kata Putin.
Tiga sumber OPEC yang meminta tidak disebutkan namanya mengatakan, pertemuan virtual darurat yang direncanakan untuk Senin besok itu kemungkinan ditunda hingga 8 atau 9 April. Agar kedua negara punya lebih banyak waktu untuk bernegosiasi.
Kendati begitu, sumber tersebut menyampaikan, sebenarnya suasananya masih positif, meski belum ada rancangan kesepakatan atau perincian yang akan digunakan untuk mengurangi pasokan.
"Masalah pertama adalah bahwa kita harus memotong dari tingkat produksi saat ini sekarang, bukan untuk kembali ke tingkat sebelum krisis," kata salah satu sumber OPEC. "Masalah kedua adalah orang Amerika, mereka harus berperan," sambung dia. Amerika saat ini memang belum ikut dalam kesepakatan pembatasan produksi.
Kamus lalu, Trump memang berharap Rusia dan Saudi mengumumkan pengurangan produksi mereka. Amerika bukan bagian dari OPEC. Ide membatasi produksi Amerika dipandang mustahil. Paling tidak, karena Undang-Undang Antimonopoli AS.
Namun, kehancuran minyak telah mendorong regulator di Texas, jantung produksi minyak AS, untuk mempertimbangkan pengaturan output untuk pertama kalinya dalam 50 tahun terakhir. Sekretaris Energi AS Dan Brouillette tidak menyebutkan kemungkinan pengurangan produksi mereka.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan, dia mengerti bahwa Amerika memiliki batasan hukum untuk pengurangan produksi. Namun, itu harus tetap fleksibel.
Badan Energi Internasional memperingatkan pada hari Jumat bahwa pengurangan 10 juta barel per hari tidak akan cukup untuk menghadapi penurunan besar dalam permintaan minyak. Bahkan dengan pemotongan seperti itu, persediaan akan meningkat 15 juta barel per hari di kuartal kedua. (reuters/dwi/k16)