Melalui sambungan telepon, kabar gembira itu datang. Yuyun Nurhayati, pengidap Covid-19 langsung mengucap syukur. Tangan komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kutai Kartanegara (Kukar) itu bergetar setelah diberitahu hasil laboratorium bahwa dirinya sembuh.
MUHAMMAD RIFQI, Tenggarong
SAMBIL menggenggam ponsel miliknya, Yuyun tak berhenti mengucapkan syukur. Sesekali dalam hati dia lantunkan salawat. Kabar gembira yang ia tunggu-tunggu, akhirnya datang juga. Kemarin (4/4), Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kukar Martina Yulianti memberi informasi hasil swab tenggorok yang dilakukan menyatakan Covid-19 di tubuh Yuyun telah negatif.
Perasaan haru, gembira serta syukur tak bisa ia bendung. Wajah suami, anak serta teman-temannya langsung terbayang. Firasat baik serta pikiran positif yang selalu ia tanamkan sejak pertama kali menjalani isolasi berbuah hasil. Perjuangan tenaga medis dan peran Pemkab Kukar begitu besar dalam penanganan Covid-19.
Pada hari yang sama, Kaltim Post menjadi media pertama yang melakukan komunikasi melalui sambungan telepon sejak dia menjalani isolasi. Nada bicara Yuyun begitu semangat. Ia bercerita, jika perjalanan dinasnya di Jakarta pada 9 hingga 11 Maret diduga menjadi awal mula dirinya tertular.
Pada 7-9 Maret, Yuyun sempat mengikuti tugas kedinasan sebagai komisioner KPU Kukar di Balikpapan. Sebelum itu, ia juga tak putus berkeliling sejumlah kecamatan di Kukar, untuk melakukan persiapan tahapan pemilihan kepala daerah (pilkada). Perjuangannya sebagai komisioner, sempat membuat kesehatan Yuyun menurun.
Sebelum berangkat ke Jakarta, ia sudah merasa kurang enak badan. Hingga akhirnya, pulang dari Jakarta, Yuyun mengalami demam dan berobat di sebuah klinik. Belakangan, Yuyun merasakan gejala mirip Covid-19. Seperti merasa tenggorokan yang kering, pusing, dan demam.
Ia akhirnya menjalani pemeriksaan medis di RSUD AM Parikesit, Tenggarong Seberang. Berbagai pelayanan cepat dan baik, menurut Yuyun begitu dia rasakan. Padahal saat itu, wabah Covid-19 belum marak di Kaltim. Sampel darah, swab tenggorokan dan swab hidung diambil. Begitu juga rontgen dilakukan di bagian paru-paru.
Sejak itu, Yuyun langsung diminta mengisolasi diri di rumah. Setelah menjalani salat Subuh, sekitar pukul 05.45 Wita pada 20 Maret lalu, kabar sedih itu pun harus ia terima. Martina Yulianti memberi kabar jika ia positif Covid-19.
Suasana sedih sulit dihindari. Suami serta anak-anaknya tak kuasa menahan tangis. Begitu juga dirinya yang berusaha menyembunyikan kesedihan itu. Ia diantar suami menuju RSUD AM Parikesit dengan menumpang sepeda motor. Sang suami langsung diminta mandi di rumah sakit lalu dilakukan proses penyemprotan disinfektan. “Saya langsung menjalani isolasi di ruang khusus,” ujar Yuyun.
Kekhawatirannya kepada keluarga dan rekan sejawat terus muncul. Terutama kekhawatiran akibat kontak erat sebelum menjalani isolasi. “Tapi alhamdulillah, suami sangat sigap. Dia beserta anak-anak disiplin menjalani isolasi rumah, menjaga kebersihan, dan minum vitamin. Intinya menjaga anjuran pemerintah,” tambahnya.
Kabar wabah yang disebut belum ada obatnya itu membuat dia dan keluarga semakin khawatir. Namun, belakangan ia terus berpikir positif sebagai anjuran untuk meningkatkan sistem imun tubuh. Pada hari kedua dan ketiga menjalani isolasi, Yuyun tak kuasa menahan kesedihan.