BRESCIA - Asumsi kepentingan melanjutkan kompetisi hanya berlaku bagi tim penghuni papan atas tampaknya benar-benar berlaku di Serie A. Bagaimana tidak. Tim-tim yang menghuni papan bawah dan zona degradasi seperti Sampdoria, Genoa, Lecce, SPAL, dan Brescia satu suara bahwa kompetisi tertinggi Italia itu lebih baik tidak dilanjutkan. Mereka menolak pernyataan yang dilontarkan presiden FIGC (federasi sepak bola Italia) Gabriele Gravina bahwa Serie A akan dilanjutkan setidaknya pada 20 Mei.
Presiden Il Samp--julukan Sampdoria--Massimo Ferrero mengatakan bahwa pemain bukan mesin yang bisa dihentikan dan dilanjutkan seenaknya. Itu merujuk kepada terhentinya Serie A sejak pertengahan bulan lalu. Selain itu, aktivitas latihan tim juga ditiadakan. Sebagai gantinya, para pemain melakukan latihan secara mandiri di kediaman masing-masing. Langkah itu diyakini mereduksi kondisi terbaik dari pemain karena situasi dan kondisi latihan bersama tim tentu sangat berbeda dari latihan mandiri di rumah.
Itu diperparah bahwa setidaknya ada 15 personel rival sekota Genoa itu yang positif Covid-19. Salah seorang di antaranya adalah striker Manolo Gabbiadini yang jadi pemain pertama Sampdoria terjangkit Covid-19. Melanjutkan kompetisi sama saja tidak manusiawi. Apalagi, Serie A adalah kompetisi dengan laga tersisa terbanyak dari lima liga elite Eropa sebanyak karena terhenti di giornata ke-26. Artinya, 12 giornata berikutnya harus selesai hanya dalam waktu kurang lebih sebulan. Padahal, normalnya dijalankan dalam tiga bulan.
’’Bayangkan (Anda menjadi, Red) Gabbiadini yang sebelumnya terjangkit Covid-19 dan kini sudah jauh membaik. Kemudian saya mengatakan kepadanya bahwa dia bisa bermain bulan depan (saat Serie A dilanjutkan, Red),’’ ujar Ferrero seperti dilansir Football Italia. ’’20 tim Serie A harus berani tegas melakukan reformasi (menolak Serie A dilanjutkan, Red). Daripada terus-menerus menghabiskan waktu berjam-jam untuk konferensi melalui telepon tetapi tidak ada keputusan konkret,’’ lanjut pria 68 tahun itu.
Massimo Cellino lebih ekstrem. Presiden Brescia itu bahkan mengancam mogok jika kompetisi nekat dilanjutkan. Seperti dikutip La Gazzetta dello Sport, Cellino mengecam bahwa melanjutkan kompetisi di tengah keprihatinan terhadap pandemi Covid-19 adalah keputusan tidak bertanggung jawab dan arogan.
Pria 63 tahun itu juga mengecam deadline yang diberikan UEFA bahwa kompetisi harus selesai per 30 Juni. Menurut dia, hal itu. Itu belum konsentrasi klub yang terbelah untuk kepentingan kontrak pemain, menstabilkan neraca keuangan, hingga persiapan untuk musim 2020-2021 yang jadi serba mepet. Apalagi,
“Saya tidak peduli dengan degradasi karena sejauh ini kami memang layak mendapatkannya. Saya juga memiliki kesalahan untuk itu. Tetapi, jika kompetisi memang harus dilanjutkan, apakah UEFA tega membuat kami bermain tiap dua hari sekali? Apakah mereka punya kekuatan untuk menambah waktu dalam sehari menjadi 72 jam? Semuanya akan berantakan jika dilanjutkan,’’ semprot Cellino. (io)