Peringkat Turun, Pemerintah Mau Sederhanakan Kurikulum

- Sabtu, 4 April 2020 | 11:38 WIB

JAKARTA – Tolok ukur pengganti Ujian nasional segera dirumuskan teknisnya oleh peemrintah. Targetnya adalah memperbaiki peringkat Indonesia dalam assessment PISA (Programme for International Student Assessment). Selain menyamakan standar di seluruh Indonesia, pemerintah juga memiliki program penyederhanaan kurikulum.

Rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo kemarin secara khusus membahas peringkat Indonesia di PISA. ’’Skor rata-rata PISA 2018 menurun di 3 bidang kompetensi, dengan penurunan paling besar di bidang membaca,’’ terang Presiden.

Secara umum, ada tiga problem utama yang membuat peringkat PISA Indonesia turun. Yakni, besarnya jumlah siswa berprestasi rendah. Kemudian, tingginya persentase siswa mengulang, yakni 16 Persen. belum lagi tingkat ketidakhadiran siswa yang tinggi.

Mendikbud Nadiem Makarim menjelaskan, ada lima strategi yang diambil pemerintah. yang butama adalah mengubah standar penilaian dari ujian nasional menjadi asesmen kompetensi. ’’Kita menggunakan standar penilaian global, yakni PISA,’’ terangnya. Kemudian, transformasi kepemimpinan sekolah di mana yang menjadi kepala sekolah aalah guru terbaik.

Kemudian, meningkatkan kualitas pendidikan profesi guru, juga transformasi kurikulum. ’’Kurikulum harus lebih fleksibel dan sederhana dan berorientasi kompetensi,’’ lanjutnya. Semua murid tidak harus mengerjakan tugas yang sama. Misalnya, murid dengan kemampuan yang berbeda mengerjakan project yang berbeda. Terakhir adalah meningkatkan kemitraan dnegan organisasi penggerak pendidikan.

Mengenai penyederhanaan kurikulum, Nadiem menyebut bahwa beban siswa saat ini begitu besar sehingga konten pelajaran harus turun. Sehingga masing-masing konten bisa lebih mendalami kompetensi. ’’Apakah mata pelajaran dikecilkan (dikurangi) atau konten dikecilkan itu masih dikaji sama tim dengan input dari berbagai organgisasi,’’ tutur mantan CEO Go-Jek itu.

Sementara, saat disinggung mengenai peningkatan literasi, Nadiem menyebut fokus pemerintah adalah bagaimana siswa cinta membaca. Sehingga akan disiapkan bahan bacaan yang lebih menarik. ’’Pelajaran bahasa Indonesia fokus ke literasi, bukan gramatika dan kosakata,’’ tambahnya. (byu)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X